Rumah Gadang dikenal juga dengan sebutan Rumah Bagonjong atau Rumah Baanjuang oleh masyarakat setempat. Ciri paling menonjol dari rumah adat ini adalah bentuk atapnya yang melengkung ke atas dan meruncing, menyerupai kapal atau tanduk kerbau.
Di balik bentuk atap yang khas tersebut, tersimpan sejarah panjang masyarakat Minangkabau. Dahulu, ketika Kerajaan Majapahit berupaya menguasai wilayah Minangkabau, masyarakat setempat menyadari bahwa peluang menang melalui peperangan terbuka sangat kecil.
Untuk menghindari pertumpahan darah, masyarakat Minangkabau kemudian mengajukan kesepakatan berupa adu kerbau. Aturannya sederhana, pihak yang kalah harus meninggalkan wilayah tersebut. Adu kerbau itu akhirnya dimenangkan oleh masyarakat Minangkabau, sehingga Kerajaan Majapahit pun mundur.
Peristiwa tersebut dipercaya menjadi asal-usul bentuk atap Rumah Gadang yang menyerupai tanduk kerbau, sebagai simbol kemenangan dan kecerdikan masyarakat Minangkabau dalam mempertahankan tanah leluhur.
Rumah Gadang sendiri memiliki beberapa jenis yang tersebar di wilayah Minangkabau, Sumatera Barat. Berikut di antaranya:
Jenis Rumah Gadang

Rumah Gadang dikenal juga dengan sebutan Rumah Bagonjong. Foto: Kementerian PKP
1. Rumah Gadang Gajah Maharam
Rumah Gadang jenis ini terdapat di Sehiliran Batang Bengkaweh atau kawasan Lareh Nan Panjang. Rumah ini memiliki empat gonjong, yakni sebutan untuk atap Rumah Gadang yang melengkung ke atas seperti tanduk kerbau.Ciri khas Rumah Gadang Gajah Maharam terletak pada bagian pojok kiri dan kanan bangunan yang lurus serta tidak diakhiri dengan anjung atau anjuang.
2. Rumah Gadang Gonjong Ampek Sibak Baju
Rumah Gadang Gonjong Ampek Sibak Baju merupakan rumah adat dari suku Koto yang berada di Desa Pariangan. Bentuk bangunannya menyerupai Rumah Gadang Gajah Maharam.Disebut Gonjong Ampek Sibak Baju karena dua gonjong di bagian tengah memiliki bentuk menyerupai garis belahan baju (sibak baju).
3. Rumah Gadang Surambi Aceh Bagonjong Ciek dan Duo
Jenis Rumah Gadang ini memiliki dua gonjong dengan serambi di bagian depan rumah. Keberadaan serambi tersebut berawal dari kebutuhan untuk menerima tamu yang bukan berasal dari masyarakat Minangkabau.Pada masa itu, orang luar Minangkabau dianggap tabu dan tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah gadang, sehingga tamu diterima di serambi depan rumah. (Umi Kulsum)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News