Medcom.id berkesempatan mengunjungi Hanoi dalam Media Trip bersama Tiket.com. Banyak tempat yang wajib dikunjungi saat berada ibu kota Vietnam tersebut, salah satunya Mausoleum Ho Chi Minh.
Di Vietnam, mengunjungi Mausoleum Ho Chi Minh adalah sebuah kehormatan, tradisi yang terus dijalankan sebagai bentuk penghargaan kepada bapak kemerdekaan negara ini.
Sosok yang diabadikan bangsa Vietnam

Ho Chi Minh, pemimpin revolusioner yang dihormati oleh seluruh rakyat Vietnam. (Foto: VNA)
Mausoleum Ho Chi Minh merupakan tempat peristirahatan sang pemimpin revolusioner yang dihormati oleh seluruh rakyat Vietnam. Namanya begitu lekat dalam ingatan, bahkan kini diabadikan menjadi nama salah satu kota terbesar di negara tersebut.
Ho Chi Minh, nama yang tak hanya tercatat dalam buku sejarah, tetapi juga hidup dalam ingatan kolektif rakyat Vietnam adalah pemimpin visioner yang mengguncang perjalanan sejarah Vietnam.
Dengan keteguhan dan kecerdasan politiknya, ia memimpin gerakan revolusi melawan kolonialisme Prancis, kemudian melawan Amerika, hingga membawa Vietnam pada kemerdekaan dan reunifikasi.
Semangatnya yang tak kenal menyerah membuatnya dihormati bukan hanya sebagai presiden pertama Vietnam, tetapi juga sebagai simbol perjuangan, kesederhanaan, dan keadilan sosial.
Tak heran, jutaan orang rela menempuh perjalanan jauh bahkan dari pelosok desa hanya untuk memberi penghormatan di makamnya.
Sejarah Mausoleum

Mausoleum Ho Chi Minh merupakan tempat peristirahatan sang pemimpin revolusioner Vietnam. Foto: Medcom.id/Rizkie Fauzian
Ironisnya, dalam wasiatnya, Ho Chi Minh sebenarnya tidak ingin dibangun Mausoleum. Ia meminta agar tubuhnya dikremasi, abunya disebarkan ke tiga wilayah utama Vietnam. Namun, rakyat dan pemerintah memutuskan sebaliknya.
Demi mengenang seluruh perjuangannya, tubuh beliau dipertahankan utuh agar generasi berikutnya dapat datang menghormati dan mempelajari sejarah negaranya.
Pembangunan mausoleum sendiri dimulai setelah pertemuan antara Vietnam dan Uni Soviet pada Januari 1970.
Banyak desain dipertimbangkan, hingga akhirnya model Makam Lenin di Moskow menjadi inspirasi utama tentu dengan sentuhan budaya Vietnam. Uni Soviet memberi dukungan penuh, baik tenaga ahli, teknologi, maupun desain arsitektur.
Pembangunan dimulai secara resmi pada 2 September 1973, dan mausoleum akhirnya diresmikan pada 19 Mei 1975, tepat pada ulang tahun Ho Chi Minh. Sejak itu, tempat ini menjadi ikon Hanoi, tempat yang dikunjungi jutaan orang setiap tahun.
Perpaduan teknologi Soviet dan ketekunan Vietnam

Mausoleum Ho Chi Minh merupakan tempat peristirahatan sang pemimpin revolusioner Vietnam. Foto: Medcom.id/Rizkie Fauzian
Ketika Ho Chi Minh wafat pada 3 September 1969, sebuah tim ilmuwan Soviet yang juga memformulasikan teknik pengawetan untuk tubuh Lenin bekerja sama dengan tim medis Vietnam untuk mengawetkan tubuh sang pemimpin.
Tubuh itu kemudian ditempatkan dalam peti kaca khusus, dengan ruangan marmer yang dijaga ketat 24 jam oleh para prajurit. Ketika Uni Soviet bubar pada 1991, keahlian ini hampir “lenyap” bersama para ilmuwannya.
Pemerintah Vietnam lalu bernegosiasi dengan Rusia untuk memindahkan produksi bahan kimia pengawet ke Vietnam. Butuh bertahun-tahun sampai akhirnya, pada 2004, formula kimia itu resmi dibagikan menjadikan Vietnam negara yang mandiri dalam menjaga keutuhan tubuh Ho Chi Minh hingga kini.
Arsitektur Mausoleum yang kokoh dan penuh simbol
.jpeg)
Mausoleum Ho Chi Minh merupakan tempat peristirahatan sang pemimpin revolusioner Vietnam. Foto: Medcom.id/Rizkie Fauzian
Dari luar, arsitektur bangunannya tampak sederhana tetapi megah sebuah blok persegi masif berdimensi 21,6 meter tinggi dan 41,2 meter lebar, dibalut granit abu-abu dengan pilar marmer.
Di bagian atasnya tertulis tegas: “CHỦ TỊCH HỒ-CHÍ-MINH” yang ditatah menggunakan batu giok merah. Pintu-pintu mausoleum sebanyak 200 set dibuat dari kayu-kayu langka yang dikumpulkan dari seluruh Vietnam.
Sayangnya Medcom.id belum berkesempatan untuk masuk ke dalam Mausoleum. Namun dikutip dari Vinpearl, bagian dalam atmosfer berubah menjadi lebih hening. Dinding marmer merah muda dan merah tua menjadi latar dari tulisan terkenal Ho Chi Minh.
“Không có gì quý hơn Độc lập Tự do”
(Nothing is more precious than Independence and Freedom.)
Di ruangan utama, terdapat peti kaca yang menjadi tempat tubuh Ho Chi Minh diistirahatkan. Para pengunjung harus berjalan tanpa suara, tanpa jeda, tanpa menyentuh apa pun. Empat tentara berdiri tegap menjaga peti tersebut.
Jika kamu ingin belajar tentang sejarah Vietnam, memahami sosok Ho Chi Minh lebih dalam, atau sekadar merasakan atmosfer tempat paling sakral di Hanoi, Mausoleum Ho Chi Minh adalah destinasi yang tidak boleh dilewatkan.
Mausoleum Ho Chi Minh berada di 2 Hung Vuong, Dien Bien Ward, Ba Dinh District tepat di jantung Ba Dinh Square. Untuk pergi ke sana, kamu bisa menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan transportasi online.
Untuk tiket masuk ke dalam mausoleum, kamu harus membayar 25.000 VND (sekitar Rp15 ribu), harga yang sangat terjangkau untuk sebuah pengalaman sejarah yang sangat berkesan.
Namun, bagi pengunjung yang ingin melihat bagian luarnya saja, tidak dipungut biaya apa pun.
Etika dan aturan berkunjung

Mausoleum Ho Chi Minh merupakan tempat peristirahatan sang pemimpin revolusioner Vietnam. Foto: Medcom.id/Rizkie Fauzian
Sebelum masuk ke mausoleum, kami melewati pemeriksaan keamanan yang ketat. Petugas memeriksa tas, dan memastikan semua pengunjung mengikuti aturan dengan disiplin. Setelah lolos dari pengecekan, kami berjalan perlahan menuju bangunan megah dengan struktur batu granit abu-abu yang berdiri kokoh dan dingin di tengah panasnya udara Hanoi.
Di sana juga ada beberapa aturan tertulis yang dipajang untuk para pengunjung, seperti harus berpakaian rapi dan sopan, tidak berisik, tidak memasukkan tangan ke dalam saku, melepas topi dan memegangnya di tangan kanan, dilarang mengambil foto atau video di dalam ruangan.
Perjalanan kali ini bukan hanya agenda wisata, tetapi kesempatan untuk menyelami sejarah sebuah bangsa yang bertahan melalui perang, penjajahan, dan perjuangan panjang menuju kemerdekaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News