Setidaknya ada dua hal yang diduga dilanggar Lili. Pertama, Pasal 4 ayat (1) huruf a Peraturan Dewas KPK Nomor 2 Tahun 2020. Pasal ini memerintahkan insan KPK berperilaku dan bertindak jujur dalam pelaksanaan tugas sesuai fakta dan kebenaran. Kedua, Pasal 5 ayat (2) huruf b terkait larangan menyebarkan berita bohong.
Kejujuran merupakan jantungnya KPK. Sesuai dengan slogan mereka, Berani jujur hebat, kejujuran merupakan salah satu pilar utama bagi tegaknya institusi. Ia yang memompa darah integritas ke seluruh organ tubuh sehingga KPK bisa terus berdiri gagah memberantas rasuah.
Tiada tempat di KPK bagi pegawai, apalagi pimpinan, yang tidak jujur. Tidak ada posisi apa pun di KPK yang layak dipercayakan kepada tunaintegritas.
Bolehlah kita menyambut baik Dewas yang setidaknya tak membuang laporan terhadap Lili ke tong sampah. Namun, publik butuh bukti. Bukti bahwa Dewas sengaja dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang KPK. Bukti bahwa Dewas ada untuk menerima dan menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran etik yang dilakukan insan KPK. Bukti bahwa Dewas bukan untuk melindungi pelanggar etik.
Tumpak Panggabean, Harjono, Albertina Ho, dan Syamsuddin Haris tak asal dipilih oleh Presiden Jokowi. Begitu juga Artidjo Alkostar yang telah wafat. Mereka konon orang-orang pemberani, orang-orang hebat.
Keberanian dan kehebatan itulah yang ditunggu masyarakat untuk membersihkan KPK. Mana bisa KPK mengajak masyarakat melawan korupsi jika di dalam mereka kotor.
KPK tak lagi masuk jajaran institusi yang paling dipercaya rakyat. Itu fakta. Mereka terpelanting dari peringkat atas. Itu realitas. Survei terkini pada Desember 2021 menunjukkan mereka anjlok ke posisi delapan. Hanya 71% responden yang masih percaya KPK.
Itu persoalan serius, amat serius. Berbenah ialah keniscayaan. Bersih-bersih diri merupakan kemestian demi pulihnya kredibilitas. Demi kembalinya muruah dan kehormatan KPK sebagai andalan bangsa memberangus rasuah.
Semua itu butuh kemauan, juga keberanian seluruh pegawai, pimpinan, dan tentu saja Dewas. Pramoedya Ananta Toer pun pernah mengingatkan, "Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?"
Jaka Budi Santosa
Jaka Budi Santosa