Narsis, pamer harta, tentu saja perbuatan tidak terpuji. Menjadi tidak terpuji jika orang menjadi budak media sosial. Mereka yang menyebut diri sebagai
crazy rich itu sesungguhnya ialah orang-orang yang tidak menjadi tuan atas harta, tetapi mereka menjadi budak harta.
Kiranya tepat peringatan Paus Fransiskus agar manusia tidak mabuk oleh harta atau bersikap materialistis. Dia menyeru agar lebih banyak ketenangan hati dalam dunia yang terobsesi dengan ‘konsumerisme dan hedonisme, kekayaan dan pemborosan’.
Tidak kalah pentingnya tentu saja bijak bermedia sosial sehingga kita tidak menjadi budak media sosial.
Rekomendasi penelitian Fajar Bayu Aji ialah pentingnya bersikap bijak dengan media sosial dengan menggunakannya sesuai keperluan dan tetap menjaga jarak dengan media sosial supaya masyarakat media dapat bersikap kritis dan mempertahankan autentisitas dirinya dengan tetap mengutamakan relasi humanitas di atas relasi komoditas.
Mudah saja membedakan orang kaya benaran dan pura-pura kaya seperti yang diulas di situs ojk.go.id. Orang kaya benaran malas membahas kekayaan dengan membicarakannya kepada orang lain atau menampilkannya di media sosial.
Sebaliknya, orang yang hanya berpura-pura kaya akan selalu bersemangat dan dengan sukarela menghabiskan banyak waktunya untuk sekadar menunjukkan dan melebih-lebihkan kekayaannya kepada orang lain di sekitarnya.
Tipe orang seperti ini namanya sok gaya kaya.