Revy Marlina
Revy Marlina (Revy Marlina)

Revy Marlina

Pengamat kebijakan luar negeri Rusia dan resolusi konflik di Post-Soviet Space dan Yaman, lulusan Master bidang Diplomasi dan Negosiasi Strategik Universitas Paris Saclay dan Hukum Internasional Universitas Grenoble Alpes.

Ukraina Ingin Bergabung ke Uni Eropa, Apa Tantangan dan Manfaatnya?

Revy Marlina • 03 Maret 2022 17:22
PADA Senin, 28 Februari 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah secara resmi menandatangani aplikasi untuk keanggotaan Ukraina ke Uni Eropa. Di hari berikutnya ia mengumumkan melalui video dan meminta aksesi Ukraina ke Uni Eropa berdasar apa yang disebut sebagai new special procedure.
 
Dalam hal ini Zelensky tampaknya berharap Ukraina mendapatkan kondisi khusus untuk masuk dalam Uni Eropa mengingat situasi yang ada, yaitu invasi militer Rusia yang terjadi dari 24 Februari hingga hari ini.

Tidak dalam satu malam

Lantas, bagaimana syarat-syarat agar suatu negara dapat bergabung ke Uni Eropa? Ukraina sepertinya sadar bahwa untuk menjadi anggota Uni Eropa, waktu yang diperlukan tidaklah singkat.
 
Menanggapi Zelensky, Ursula Von der Leyen selaku Presiden komisi Eropa berpendapat bahwa Ukraina merupakan salah satu dari Uni Eropa dan ingin mereka masuk. Namun nyatanya, aksesi untuk menjadi anggota Uni Eropa tidak terjadi dalam semalam.
 
Kondisi negara secara politik, hukum, dan ekonomi menentukkan berapa lama proses suatu negara dapat bergabung dalam Uni Eropa. Semakin negara tersebut memiliki kemiripan dalam hal hukum dan struktur politik terhadap anggota negara Uni Eropa, semakin cepat proses suatu negara menjadi anggota Uni Eropa. Kriteria Kopenhagen atau Copenhagen criteria yang dibuat pada 1993 merupakan suatu kondisi di mana negara kandidat harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi bagian dari Uni Eropa. Dikutip dari situs resmi komisi Eropa, terdapat kondisi penting yang harus dipenuhi negara kandidat untuk menjadi anggota.
 
Dari segi politik, negara kandidat harus memiliki institusi yang stabil untuk menjamin demokrasi, supremasi hukum, hak asasi manusia dan penghormatan dan perlindungan minoritas. Lalu kriteria ekonomi menyebutkan jika negara kandidat juga harus memiliki ekonomi pasar yang berfungsi dan kapasitas untuk mengatasi persaingan dan kekuatan pasar. Terakhir, negara kandidat harus memiliki kapasitas administratif dan kelembagaan untuk secara efektif menerapkan acquis communautaire (seperangkat hak dan kewajiban bersama yang mengikat semua negara anggota ke Uni Eropa) dan kemampuan untuk melaksanakan kewajiban keanggotaan.
 
Perlu diketahui, seluruh negara anggota Uni Eropa, yang saat ini berjumlah 27 negara, harus menyetujui secara bulat (unanimously approved) kandidasi suatu negara. Mengutip dari New York Times, pejabat senior Uni Eropa menjelaskan bahwa aksesi secara cepat dari negara kandidat jarang terjadi.
 
Dalam hal ini, hanya Swedia dan Finlandia yang hanya berhasil menjadi anggota Uni Eropa dalam beberapa tahun, yakni 4 dan 3 tahun. Saat ini terdapat lima negara yang masih dalam proses negosiasi setelah menandatangani aplikasi untuk terintegrasi ke dalam Uni Eropa, yaitu Albania, Montenegro, Makedonia Utara, Serbia dan Turki. Bagi ke lima negara ini, perlu waktu puluhan tahun untuk proses integrasi. Seperti Turki yang telah menginjak tahun ke 35 pada tahun ini untuk masuk ke Uni Eropa.
 
Lebih lanjut, pejabat senior Uni Eropa tersebut melihat akan terdapat kesulitan bagi Uni Eropa untuk memproses cepat Ukraina terintegrasi dalam Uni Eropa. Terlebih isu-isu beberapa tahun ke belakang seperti krisis ekonomi, Brexit, dan juga pandemi membuat Uni
Eropa sangat kewalahan menanggung tanggung jawabnya saat ini.

Apa keuntungan Ukraina bergabung ke Uni Eropa?

Keinginan Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa nyatanya merupakan aspirasi dari rakyatnya. Terlebih lagi invasi militer yang dilakukan Rusia tahun ini semakin memperkuat rakyat Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa.
 
Setelah berpisah dan merdeka dari Uni Soviet terdapat periode-periode yang saling berganti di mana terdapat Presiden Ukraina yang Pro-Rusia dan terdapat pula presiden yang Pro-Barat. Tentu saja, Rusia menggunakan cara untuk menghalau Ukraina berkiblat ke barat, baik terintegrasi ke Uni Eropa maupun NATO.
 
Persaingan Uni Eropa dan Rusia atas Ukraina sejatinya telah dimulai sejak Ukraina mendapatkan kemerdekaan pada 1991. Uni Eropa yang pada awalnya tidak memiliki perwakilan resmi di Ukraina dan baru pada 1993 membentuk hubungan resmi, membentuk kerja sama dengan Ukraina seperti the Partnership and Cooperation Agreement pada 1994. Lalu pada 2004 Ukraina masuk dalam the European Neighborhood Program dan the Eastern Partnership pada 2009.
 
Puncaknya pada 2014, The Association Agreement yang ditandatangani oleh Uni Eropa dan Rusia membuat efek yang tidak dibayangkan sebelumnya, yaitu intervensi militer yang dilakukan oleh Rusia yang berujung pada aneksasi Krimea pada 2014. Rusia tentu saja ingin pengaruhnya tetap berada pada Ukraina.
 
Berbagai kebijakan digunakan oleh Rusia dalam hal ini dari segi energi dan ekonomi untuk membuat Ukraina tetap pada radarnya. Strategi ini dilakukan, contohnya dengan menjual harga gas di bawah harga pasar jika pemimpin Ukraina pro Rusia dan sebaliknya menjual harga gas diatas harga pasar jika pemimpin Ukraina condong ke barat. Jika kedua hal ini gagal, Rusia akan mengganti dan menaikkan strateginya melalui intervensi militer.
 
Keputusan bulat Ukraina dengan menandatangani aksesi keanggotaan Uni Eropa lebih menguntungkan di mata Zelensky karena memang jika suatu negara anggota Uni Eropa diintervensi oleh negara lain, Uni Eropa dapat membantu secara militer. Hal ini berdasar pada mutual defence clause (Pasal 42 (7) Perjanjian Uni Eropa) yang menyatakan bahwa jika suatu negara Uni Eropa menjadi korban agresi bersenjata di wilayahnya, negara-negara Uni Eropa lainnya berkewajiban untuk membantu dengan segala cara yang mereka kuasai,
sesuai dengan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
 
Selanjutnya dari segi ekonomi, pasar tunggal dan integrasi ekonomi memiliki efek meningkatkan daya saing, efisiensi, dan volume perdagangan intra-Uni Eropa. Demikian pula, Uni Eropa membantu negara-negara untuk meningkatkan posisi mereka dalam perdagangan internasional.[]
 
*Revy Marlina adalah pengamat kebijakan luar negeri Rusia dan resolusi konflik di Post-Soviet Space dan Yaman. Lulusan Master bidang Diplomasi dan Negosiasi Strategik Universitas Paris Saclay dan Hukum Internasional Universitas Grenoble Alpes

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar ukraina uni eropa Rusia-Ukraina Perang Rusia-Ukraina

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif