Projek drama musical yang ia garap saat HUT Metro, toh baik-baik saja. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya, saat ia naik lift ke lantai BOD. Selama 9 tahun bekerja di Metro TV, ia tak pernah dipanggil orang nomor satu ini. Atasannya pun tak tahu tentang pemanggilan ini. Lift terbuka, ia pun hanya bisa pasrah, apa yang akan terjadi terjadilah, gumamnya.
"Silakan masuk De,"sambut Pak Mirdal. "Bagaimana kabar kamu, saya melihat drama musical yang kamu buat, bagus sekali De.. Terima kasih, Pak." Sesaat Ade lega karena rupanya Pak Mirdal ingin mengapresiasi pekerjaannya. Namun rupanya ada hal lain yang ingin dibicarakan.
“Sebentar lagi akan masuk Hari Ibu, 22 Desember. Kamu punya ide bikin show apa?”Ditantang seperti itu, anak muda single ini mengobral idenya. Semakin panjang ia memberi gagasan, ia semakin sadar bahwa jawabannya ditanggapi biasa saja. Sebaliknya, pertanyaan berikutnya lah yang jawabannya sedang ditunggu.“Bagaimana kesan kamu terhadap Ibu?" Sesaat, pikirannya melayang membayangkan sang Ibu. Sesosok wanita yang tak pernah lelah menjaga dirinya yang bungsu. Segala kemanjaan dan keluh kesah selalu tertuju kepadanya. Teringat pula ketegaran sang Ibu mencarikan biaya untuk dirinya kuliah. Karena dari 4 anak, hanya dirinya yang beruntung mendapatkan biaya kuliah dari orang tuanya.
“Ibu saya adalah segala-galanya. Dia lah panutan dan sekaligus penolong saya. Kesabarannya tiada batas, dia lah yang membuat saya seperti sekarang ini,“suaranya terbata.
“Namun bila ditanya, apa keinginan ibu yang belum saya jalankan. Pasti jawabannya hanya satu: agar saya cepat menikah,”kata Ade sambil tersipu.

(Momen saat Produser Produksi Metro TV, Ade bersua dengan sang ibu)
Tepat di sebelah ruangan CEO, Ibu Siti Komisah tak kuasa meneteskan air mata, melihat dan menyimak semua cerita anak bungsunya yang terekam kamera tersembunyi. Anaknya telah bercerita jujur dan terbuka hingga dirinya haru dan bangga. Di ruangan yang penuh dengan monitor, mixer audio, tim produksi juga larut dalam drama ibu dan anak ini.
Sang Ibu beranjak dari monitor dan melangkah menuju anaknya dengan bouquet bunga di tangan. Terjadilah pertemuan ibu anak yang mengharukan, di ruang kerja CEO. Si anak terkejut, tak menyangka ibunya hadir di depan mata. Peluk erat keduanya mengakhiri drama kasih sayang Ibu dan anak ini.
Esok harinya, 9 Desember 2020. Indonesia tengah hiruk pikuk dengan Pilkada serentak. Metro TV menyiarkan pesta demokrasi ini secara live. Kesibukan crew live event terlihat jelas di master control room di lantai 4. Aisha Medinar, sang produser tak kurang sibuknya. Ia mengamati semua monitor yang menghadirkan visual dari berbagai daerah. Berkali-kali ia melirik rundown di tangannya. Meski sibuk, toh pikirannya tak bisa lepas dari perbincangannya dengan sekretaris Pak Mirdal, tadi pagi. Ia diminta menghadap pukul 14.30 nanti. Ada apa gerangan, tak pernah ia dipanggil oleh CEO Media Group.
Siang menjelang, ia bergegas naik ke lantai 7. Seribu tanya menghinggapinya, tapi ia abaikan saja.
“Apakah kamu betah kerja di Metro TV?”
“Apa lagi yang bisa dikembangkan?”
“Punya ide apa untuk program Hari Ibu?”
Bertubi-tubi pertanyaan diarahkan kepadanya. Semua dijawab dengan lantang dan percaya diri. Aisha baru keras berpikir saat ia ditanya oleh CEO Media Group,“Kapan kamu mengucapkan kata sayang sama Ibu?”
Belakangan ia memang jarang bertemu ibunya, karena situasi pandemi. Namun ia tak pernah lupa untuk mengucapkan rasa sayang kepada ibunya, setidaknya sebulan lalu ia sampaikan itu, dalam sebuah acara keluarga. Ia tak pernah lupa betapa ibunya selalu menunggunya saat melahirkan anaknya yang kedua di RS Tumbuh Kembang Depok. Terlihat jelas betapa ia menantikan kelahiran sang cucu dengan penuh kasih sayang. Itulah momen yang paling membahagiakan bagi Aisya. Tiga generasi disatukan dalam kasih sayang.
Dr Sandra Widaty tak bisa berkata-kata menyaksikan curahan hati anak keduanya itu. Ia menyimak semua cerita di monitor, tanpa diketahui anaknya. Ia tak berhenti meneteskan air matanya tatkala Aisha begitu memuliakan dirinya. Tak kuat menahan haru, dibawanya rangkaian bunga menuju anaknya yang berada di ruangan sebelah.

(Aisha tak kuasa menahan haru saat bersua dengan Ibunya di ruang CEO Media Group)
Aisha terkaget kaget menyaksikan ibunya yang ternyata hadir di sana. Isak tangis tak tertahankan. Keduanya berpelukan dalam haru. CEO Media Group menyaksikan drama ibu anak ini. “Saya sebagai ibunda Aisha berterima kasih kepada Metro TV yang sudah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi ibu yang baik,” sapa Dr Sandra sambil terisak.
Begitulah cara Metro TV memperingati Hari Ibu 22 Desember. Sang anak “dipaksa” terbuka untuk mencurahkan perasaannya tentang sang ibu lewat pertanyaan CEO; tanpa sadar sang Ibu menyimak semua ungkapan buah hatinya, dari ruang sebelah.
Surga berada di bawah telapak kakinya dan ibu adalah makhluk suci yang berhak atas segala kasih sayang sang anak, dia lah juga yang selalu menghiasi doa-doa kita. Itulah yang mendasari seorang CEO Media Group yang menginisiasi kegiatan ini. Meski ia sendiri telah lama ditinggal sang ibu karena penyakit kanker.
Setiap karyawan Metro TV wajib memuliakan ibunya, jangan pernah alpa untuk memberi perhatian kepadanya, meski karyawan selalu larut dalam pekerjaan di kantor. Jangan kita menyesal karena terlambat menujukkan rasa sayang kita kepada sosok ibu. Jangan pernah malu, karena justru ibu kita sering dipermalukan oleh kita saat kita masih kecil.

(Karyawan Metro TV, Taris tak kuasa menahan tangis saat bertemu dengan sang ibu)
Keberhasilan sebuah perusahaan banyak ditentukan oleh performa karyawannya. Dan performance karyawan sangat bergantung dari bagaimna hubungan kita dengan ibu. “Janganlah membuat pintu surga itu retak, karena semua urusan hidup termasuk pekerjaan, juga akan retak,” Mohammad Mirdal Akib berpesan.
“Operasi Hari Ibu” ini bukanlah kegiatan tanpa persiapan. Menjelang hari H-nya tim produksi dan koordinator teknik sudah memikirkannya matang-matang. Tembok pemisah antara ruang kerja CEO dan ruang meeting sebelahnya di bor, memberi jalan untuk kabel audio dan kabel monitor ke ruang rapat yang mendadak disulap menjadi master control.
Tiga kamera terpasang, disamarkan di antara benda-benda yang ada di ruangan CEO. Dua kamera disamarkan seolah menyerupai speaker, sedangkan 1 kamera lagi tertutup kalendar meja. Intercom tersambung ke ruang sebelah, sedangkan suara dari mic wireless bisa didengar di master control. Tak pelak, situasi di ruang CEO terekam seluruhnya di ruang kendali. Sementara, di master control monitor besar menayangkan langsung “curhatan” sang anak tentang ibunya.
Monitor besar ini memberi akses kepada sang Ibu untuk menyaksikan seluruh gerak gerik dan kesaksian sang anak. Reaksi sang Ibu juga tertangkap kamera yang sudah stand by sejak awal; dilengkapi dua lampu besar, didukung mixer audio.
Tidak saja Ade dan Aisha yang menjadi “korban” operasi Hari Ibu ini, setidaknya ada 8 karyawan Metro TV yang diam-diam terekam kamera. Mereka adalah sekretaris, presenter bahkan posisi direktur.

(Presenter Metro TV, Aviani Malik juga terkena 'jebakan' CEO Media Group, Mirdal, dan dipertemukan dengan sang ibu)
Output dari projek Operasi Hari Ibu ini ditayangkan dalam rangkaian program Hari Ibu, 22 Desember di layar Metro TV.
“Saya ingin menggugah kita semua bahwa memiliki seorang ibu merupakan kemewahan yang luar biasa. Silakan tanya kepada yang sudah tidak punya ibunda, tentu dunia tidak akan pernah sama lagi. Semoga ikhtiar ini menginspirasi seluruh pemirsa dan karyawan Metro TV khususnya, untuk selalu memuliakan ibu dalam kehidupan kita sehari-hari,” tegas CEO Media Group.