Berita itu menarasikan pernyataan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono bahwa pihaknya siap mengantisipasi banjir. Dia berharap bencana tidak datang, tetapi langkah-langkah untuk menghadapinya sudah siap dilaksanakan.
Baca:Waspada! Hari Ini Jabodetabek Bakal Dilanda Cuaca Ekstrem |
Heru menyikapi prediksi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Prediksi yang tak hanya ngeri-ngeri sedap, tetapi juga ngeri beneran. Betapa tidak, kata peneliti klimatologi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin, ada potensi Jabodebatek diterjang banjir besar. Disebutkan pula kemungkinan hujan ekstrem hingga badai.
"Potensi banjir besar Jabodetabek. Siapa pun Anda yang tinggal di Jabodetabek, dan khususnya Tangerang atau Banten, mohon bersiap dengan hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember 2022," ucap Erma dalam unggahannya di Twitter pada 26 Desember.
Sebagai peneliti, sebagai ilmuwan, Erma tentu tak asal bicara. Dia menyampaikan prakiraannya berdasarkan analisis dari Satellite Early Warning System (Sadewa). Kata dia, badai dahsyat dari laut akan berpindah ke darat melalui jalur barat dengan angin baratan yang membawa hujan badai dari laut dan dari utara melalui angin permukaan yang kuat. Erma juga menyodorkan istilah baru, yakni tol hujan. Dengan prediksi seperti itu, siapa coba yang tak cemas. Penduduk Jabodetabek yang tempat tinggalnya rawan banjir pasti khawatir, termasuk teman saya itu. Karena sikap pembiaran akut para pejabat terhadap acakadutnya Kali Irigasi di depan kompleks saya, banjir memang rajin datang.
Kali selebar sekira 3 meter yang membelah wilayah Cipondoh, Kota Tangerang, dan Duri Kosambi, Jakarta Barat, itu penuh dengan jembatan yang sembarangan dibuat warga. Saya pernah menghitungnya, hanya dalam jarak lebih sekitar 2 km, ada lebih dari 50 jembatan (kebanyakan di wilayah Duri Kosambi). Bisa jadi ini masuk rekor Muri atau bahkan Guinness World Records. Tak cuma rendah-rendah, banyak jembatan yang fondasinya menjorok ke tengah kali. Wajar jika air gampang meluap ke jalan dan permukiman. Yang tak wajar, kondisi seperti itu sudah puluhan warsa diabaikan.
''Kacau, nih,'' lagi-lagi teman saya kirim WA. Kiranya kekhawatirannya sudah di level tertinggi. Prediksi BRIN benar-benar menyerang psikologinya. Agar tak makin parah, saya pun membalas dengan mengirim tautan berita yang isinya membantah prediksi BRIN. Sanggahan itu datang dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, tidak ada potensi hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember. "Tanggal 28 Desember 2022, Jabodetabek itu masih belum ada merahnya, masih hijau. Artinya, berpotensi diguyur hujan ringan sampai sedang. Yang perlu diwaspadai justru Jawa Tengah dan Laut Jawa.'' Begitu dia bilang.
Sama seperti BRIN, BMKG tentu juga mendasarkan prediksinya pada ilmu pengetahuan. Bukan pada ramalan dukun atau bisikan pawang hujan. Yang jadi soal, kenapa prediksi BRIN dan BMKG bertolak belakang? Bisa jadi pendekatan teori klimatologi yang digunakan sedikit berbeda. Mungkin karena perubahan cuaca terjadi begitu cepat sehingga hasil pengamatan berlainan atau karena salah satunya salah memprediksi.
BRIN versus BMKG. Frasa itulah yang kemudian gaduh di ruang publik. Netizen membuat riuh lini masa bahwa seolah sedang ada big match, pertandingan besar, antara kedua institusi. 'Hari ini boxing day antara BRIN vs BMKG! Ada badai atau hujan dengan intensitas tinggi? Kira-kira siapa yang lebih tepat? Layak ditunggu...?', begitu cicitan Singgih Sahid di Twitter.
Melansir Britannica.com, boxing day ialah tradisi dari Inggris yang dirayakan setiap 26 Desember atau sehari setelah perayaan Natal. Boxing day juga akrab di telinga pencinta sepak bola Inggris, yakni pertandingan liga yang digelar tepat satu hari setelah Natal.
Ada pula yang rajin memantau jalannya pertarungan prediksi BRIN dan BMKG. Contohnya, cicitan @exaeb yang diunggah pada 28 Desember atau hari H. 'Big match BRIN vs BMKG hari ini belum berakhir. Jakarta yang tadinya terang benderang, sekarang langit gelap dan sudah mulai hujan'.
Ibarat pertandingan, BMKG yang akhirnya jadi pemenang. Prediksi mereka tepat. Jakarta dan sekitarnya hanya hujan ringan hingga sedang. Tidak ada cuaca ekstrem, tidak ada badai dahsyat, tidak ada banjir besar. Kita patut bersyukur.
BRIN telah membuat masyarakat resah. Bukan hanya prediksinya yang salah, cara menyampaikan prakirannya juga salah. Informasi soal meteorologi, klimatologi, dan geofisika merupakan otoritas BMKG. Boleh-boleh saja BRIN melakukan analisis, tetapi hasilnya mesti disampaikan, dikoordinasikan dengan BMKG.
Ancaman banjir ialah hantu yang menakutkan bagi warga. Trauma akan banjir besar pada 2020 dan 2021 belum sepenuhnya sirna. Meminta warga waspada dengan memberikan informasi cuaca memang keharusan, tetapi membuat mereka cemas, panik, jantungan, jangan.