Ilustrasi. Foto: MI/Panca Syurkani
Ilustrasi. Foto: MI/Panca Syurkani (Usman Kansong)

Usman Kansong

Ketua Dewan Redaksi Media Group

Hari Hijab Nasional

Usman Kansong • 02 Februari 2021 08:55
LEMAN M Piang menjabat Direktur Biro Kebudayaan Muslim Komisi Nasional Muslim Filipina ketika saya dan sejumlah wartawan peserta 2017 Senior Journalist Seminar berdiskusi dengannya di Manila September 2017. Kepada peserta 2017 SJS yang disponsori East-West Center, Honolulu, Amerika Serikat, itu, Leman mengisahkan anak perempuannya yang berjilbab sering mendapat perlakuan buruk di sekolah umum.
 
"Teman-temannya berkata kepada anak saya 'Kalau kamu besar pasti menikah dengan Islamic State' atau 'Kamu lebih cantik kalau rambutmu tampak'," ungkap Leman.
 
Perempuan berjilbab atau berhijab di Filipina memang sering mengalami diskriminasi. Hijab sering dikaitkan dengan terorisme. Orang nonmuslim Filipina tidak memahami berhijab bagi perempuan muslim ialah upaya menjaga kesopanan dan martabat.
 
Itulah sebabnya Dewan Perwakilan Rakyat Filipina menyetujui undang-undang yang menyatakan 1 Februari sebagai Hari Hijab Nasional. Tujuannya mempromosikan pemahaman lebih besar di kalangan nonmuslim Filipina bahwa bagi perempuan muslim praktik mengenakan jilbab mengandung nilai kesopanan demi menjaga martabat. Hari Hijab Nasional di Filipina lebih ditujukan kepada nonmuslim supaya tidak lagi mendiskriminasi perempuan berhijab. Dia tidak ditujukan kepada perempuan muslim Filipina, misalnya, menganjurkan atau mewajibkan perempuan muslim di sana memakai hijab setiap 1 Februari. Pemerintah Filipina memandang memakai hijab ialah hak perempuan untuk menjaga kesopanan dan martabat, bukan kewajiban.
 
Media di Indonesia ramai memberitakan Hari Hijab Nasional Filipina. Ada nilai berita proximity atau kedekatan fisik maupun psikologis sehingga media di Indonesia memberitakannya. Filpina secara fisik tetangga Indonesia. Segala yang terkait dengan Islam, termasuk jilbab, punya kedekatan psikologis dengan Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim.
 
Sejumlah orang di Indonesia mengomentarinya. Dipo Alam, mantan Sekretaris Kabinet di Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diberitakan melontarkan tanggapan melalui Twitter-nya, "Padahal Filipina tidak kampanye ekonomi syariah, bank syariah, sukuk, wakaf, halal, dll. Menkeunya (Menteri Keuangan) juga gak berhijab pas 1 Februari." Dipo Alam kira-kira ingin mengatakan Indonesia yang mengampanyekan ekonomi syariah dan Menkeunya mungkin berhijab karena seorang muslimah semestinya mendeklarasikan Hari Hijab Nasional juga.
 
Bila Hari Hijab Nasional serupa di Filipina bertujuan menghapus diskriminasi terhadap perempuan berjilbab, Indonesia tidak perlu ikut-ikutan bikin Hari Hijab Nasional. Indonesia sejak lama menoleransi pemakaian jilbab bagi perempuan muslim di sekolah, birokrasi, Polri, TNI, dan ruang-ruang publik lainnya.
 
Yang mengalami diskriminasi justru kalangan minoritas ketika perempuan dari kalangan mereka diwajibkan memakai hijab di sekolah. Itulah yang terjadi ketika SMKN 2 Padang mewajibkan siswi bukan muslim berhijab di sekolah. Kemendikbud turun tangan meminta pemerintah daerah menghukum mereka yang terlibat dalam perkara tersebut.
 
Seorang teman di grup pertukaran pesan berkomentar peringatan Hari Hijab Nasional bisa bikin penjualan jilbab meningkat. Dia, serupa Dipo Alam, kira-kira menginginkan Indonesia semestinya menetapkan Hari Hijab Nasional seperti Filipina supaya hijab laku keras. Dia berpikir Hari Hijab Nasional di Filipina mengandung anjuran agar perempuan muslim berjilbab. Itu artinya ada motif ekonomi, bukan motif agama, di balik keinginan adanya Hari Hijab Nasional.
 
Hari Hijab Nasional di Filipina berbeda dengan Hari Batik Nasional di Indonesia. Hari Hijab Nasional di Filipina sama sekali tidak berisi anjuran bagi perempuan muslim untuk berhijab. Hari Batik Nasional mengandung anjuran kepada warga negara Indonesia untuk mengenakan batik setiap 2 Oktober. Bahkan, menyusul Hari Batik Nasional banyak perusahaan atau instansi yang menganjurkan pegawainya mengenakan batik setiap Jumat.
 
Terang benderang Hari Hijab Nasional di Filipina tidak meningkatkan penjualan hijab, sedangkan Hari Batik Nasional di Indonesia meningkatkan penjualan batik. Bila Hari Hijab Nasional bermotifkan ekonomi, supaya penjualan hijab meningkat, Indonesia tidak perlu ikut-ikutan Filipina mendeklarasikan Hari Hijab Nasional.
 
Kelak bila Indonesia menetapkan tanggal tertentu sebagai Hari Kebaya Nasional, ia mengandung anjuran bagi perempuan Indonesia untuk mengenakan kebaya. Penjualan kebaya bakal melonjak.
 
Lebih dari itu, Indonesia mencanangkan Hari Batik Nasional atau kelak Hari Kebaya Nasional sesungguhnya punya tujuan agar kita merawat budaya bangsa supaya tidak diklaim milik bangsa lain. Para antropolog dan sebagian ulama mengatakan hijab bukan budaya Indonesia, melainkan budaya Timur Tengah. Bila tujuannya melestarikan budaya bangsa sendiri, Indonesia tidak perlu ikut-ikutan Filipina menetapkan Hari Hijab Nasional.
 
*Usman Kansong adalah Ketua Dewan Redaksi Media Group
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar hijab filipina toleransi beragama Kolom

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif