Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohar/Media Indonesia
Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohar/Media Indonesia (Abdul Kohar)

Abdul Kohar

Dewan Redaksi Media Group

Pilar

Timbunan Kegelisahan

Abdul Kohar • 02 Maret 2024 06:16
'GELISAH jiwa,
 
bagai prahara
 
Orang muda, orang tua
 
Penuh amarah, membabi buta Gelisah hidup
 
penjara dunia
 
Padang gelisah, panas membara
 
Hutan gelisah, memagar hidup
 
Gelisah langit, muntahkan badai'

 
Penggalan lirik lagu Gelisah dari grup Kantata Takwa itu kiranya bisa menggambarkan suasana batin sebagian orang di negeri ini. Orang tua, orang muda, para cerdik pandai, mahasiswa, aktivis sosial, kelas menengah, juga para jelata dikepung pagar hidup bernama gelisah. Dunia serasa penjara bagi jiwa-jiwa gelisah itu.
 
Ada yang gelisah karena merasa demokrasi diinjak mati. Sebagian gelisah karena bejana etika dan moral kosong melompong. Beberapa gelisah karena akal sehat sekadar gentong bolong. Banyak yang gelisah karena janji-janji sudah menjelma omong kosong.
 
Ada yang berteriak lantang menggugat, "Drama prank apalagi yang akan disajikan? Tidak cukupkah kalian memain-mainkan nurani kami? Tidak cukupkah tumpukan janji yang sempat kami percayai bakal ditunaikan, tapi kalian ingkari?"
 
Timbunan kegelisahan itu kian menggunung seiring dengan makin menggunungnya utang pemerintah hingga lebih dari Rp8.200 triliun. Onggokan kegelisahan itu terus melangit mengikuti tingginya harga beras, telur, cabai, dan daging ayam yang membuat banyak periuk rakyat terguling.
 
Padang gelisah membuat situasi panas membara. Hutan gelisah menjelma menjadi pagar yang mengepung kehidupan. Gelisah akan harga yang melangit bisa memuntahkan badai kemarahan, mungkin juga kefrustrasian.
 
Hari-hari ini, ketika sebagian orang yang terus terimpit merasa bahwa hidup seperti menunda kekalahan, kekuasaan masih suka bersilat lidah. Pernyataan mereka seperti hendak mengelabui keadaan. Ketika para pewarta menanyakan ihwal bagaimana mengatasi harga beras yang membubung tinggi, jawabnya, "Cek Pasar Cipinang, cek Pasar Johar."
Baca:Distribusi dan Tata Kelola Beras di Ritel Modern Bermasalah, Kok Bisa?

Wahai, apakah beras itu bisa secepat kilat berjalan sendiri ke rak-rak toko di dekat rumah warga? Apakah ia tidak perlu ongkos tambahan lagi hingga ke rak-rak itu? Nyatanya, beras Cipinang dan Johar itu tidak bisa jalan sendiri. Ia butuh dipanggul, dinaikkan ke truk-truk pengangkut, dibawa ke gudang-gudang distributor, diangkut lagi menuju retail-retail dan warung-warung pedagang.
 
Rakyat yang gelisah hendak dihibur pernyataan yang seolah meyakinkan, padahal sesungguhnya tak ubahnya memanipulasi kenyataan. Rakyat yang gelisah butuh kanal. Jiwa-jiwa yang gelisah perlu pembelaan. Seperti yang terjadi pada saat Socrates menyusun Apologia sebagai pembelaan diri (pleidoi) di persidangan.
 
Socrates yang gelisah dituduh 'menghasut dan merusak pikiran' generasi muda Yunani agar menolak mitos dewa-dewa versi negara dan mengajak mereka berpikir kritis. Pleidoi Socrates, meskipun berjudul Apologia, bukanlah 'permintaan maaf atas kesalahan' karena ia tidak bersalah dan ia orang baik. Ia cuma mengajak kaum muda untuk berani berpikir kritis.
 
Dunia menghormati Socrates sebagai pemikir besar yang mengubah perspektif manusia. Ia cuma hidup di era yang salah, ketika mayoritas manusia berada dalam kungkungan zaman jahiliah. Ia tetap dinyatakan bersalah, dihukum untuk minum racun. Namun, kegelisahan Socrates dicatat dengan tinta emas. Perjuangannya tidak sia-sia.
 
Kita memang tidak harus mencari martir yang sanggup meminum racun demi menegaskan terjadinya kepongahan kekuasaan. Namun, kekuasaan yang gelap mata mestinya didobrak keberanian yang menyala-nyala dan keteguhan sikap laiknya Socrates. Setidak-tidaknya tetaplah berteriak. Jangan simpan gelisah. Orkestrasikan kegelisahan menjadi pengingat mereka yang lupa.
 
Boleh juga sembari menyanyikan atau menyerukan bait-bait lagu Gelisah milik Kantata Takwa:
 
'Pada kelelawar ia mengadu
 
Pada lampu-lampu jalan sandarkan angan
 
Pada nada-nada lontarkan marah
 
Pada alam raya ia berterus terang
 
Aku gelisah
 
Aku gelisah
 
Aku gelisah...'.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar Podium Demokrasi Indonesia Harga Beras

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif