Politik Bebas Aktif untuk Trump
Politik Bebas Aktif untuk Trump ()

Politik Bebas Aktif untuk Trump

11 November 2016 06:40
KEMENANGAN Donald Trump di ajang pemilu Amerika Serikat menyisakan tanda tanya tentang rencana kebijakan yang benar-benar akan ia realisasikan. Banyak di antara isi kampanyenya yang kontroversial menyentuh kepentingan masyarakat dan negara di luar 'Negeri Paman Sam'.
 
Akankah Trump membangun tembok melingkar di perbatasan untuk menghalangi para imigran? Benarkah ia bakal mengecilkan keran impor dan mewujudkan perang dagang dengan Tiongkok? Lalu bagaimana dengan keinginan Trump menghalau masyarakat muslim yang memasuki Amerika? Jadikah ia menuntaskan ambisinya menghapus IS dari muka bumi?
 
Publik dunia masih harus menunggu jawabannya sampai Trump resmi menjabat presiden. Taipan flamboyan itu baru akan diambil sumpah sebagai orang nomor satu di AS, menggantikan Barack Obama, pada 20 Januari 2017.
 
Dalam konteks kepentingan Indonesia, Presiden Joko Widodo telah menegaskan Indonesia siap melanjutkan kerja sama yang saling menguntungkan. Jokowi juga mengajak Trump membangun perdamaian dan menciptakan kesejahteraan dunia. Pernyataan Presiden sekaligus menegaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Negara ini tidak turut campur urusan internal negara lain dan tidak memihak kekuatan mana pun di dunia. Namun, negara tidak pula pasrah menghadapi kebijakan negara lain yang mengganggu kepentingan nasional.
 
AS selama ini merupakan mitra dagang utama dengan posisi surplus perdagangan berada di tangan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat selama periode Januari-September tahun ini mencapai US$11,6 miliar atau sekitar Rp150 triliun. Nilai impor dari AS tercatat hanya separuhnya.
 
Keinginan Trump untuk memperkecil keran impor jelas mengancam kinerja ekspor Indonesia ke AS. Pemerintah mesti menggencarkan diplomasi begitu pemerintahan Trump terbentuk. Yakinkan dengan segala daya upaya bahwa produk Indonesia bukanlah ancaman perekonomian AS.
 
Sikap apriori Trump terhadap masyarakat muslim juga merugikan kepentingan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Tidak sedikit diaspora Indonesia yang menetap di Amerika Serikat. Ditambah, setiap tahun ratusan ribu, kalau bukan jutaan, warga Indonesia hilir mudik mengunjungi negeri Trump untuk berbagai urusan.
 
Dengan berpedoman pada kata pepatah 'Tak kenal maka tak sayang', kenalkan situasi di Indonesia kepada Trump. Tidak ada salahnya kita menunjukkan kepada dia dan dunia bahwa masyarakat muslim tidak perlu ditakuti.
 
Indonesia yang memiliki populasi penduduk keempat terbesar di dunia dan mayoritasnya beragama Islam mampu mempertahankan suasana damai dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Perbedaan tetap ada, tetapi bukan permusuhan.
 
Muslim di Indonesia justru dapat menjadi panutan untuk mewujudkan perdamaian dunia seperti cita-cita konstitusi.

KEMENANGAN Donald Trump di ajang pemilu Amerika Serikat menyisakan tanda tanya tentang rencana kebijakan yang benar-benar akan ia realisasikan. Banyak di antara isi kampanyenya yang kontroversial menyentuh kepentingan masyarakat dan negara di luar 'Negeri Paman Sam'.

Akankah Trump membangun tembok melingkar di perbatasan untuk menghalangi para imigran? Benarkah ia bakal mengecilkan keran impor dan mewujudkan perang dagang dengan Tiongkok? Lalu bagaimana dengan keinginan Trump menghalau masyarakat muslim yang memasuki Amerika? Jadikah ia menuntaskan ambisinya menghapus IS dari muka bumi?

Publik dunia masih harus menunggu jawabannya sampai Trump resmi menjabat presiden. Taipan flamboyan itu baru akan diambil sumpah sebagai orang nomor satu di AS, menggantikan Barack Obama, pada 20 Januari 2017.

Dalam konteks kepentingan Indonesia, Presiden Joko Widodo telah menegaskan Indonesia siap melanjutkan kerja sama yang saling menguntungkan. Jokowi juga mengajak Trump membangun perdamaian dan menciptakan kesejahteraan dunia.

Pernyataan Presiden sekaligus menegaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Negara ini tidak turut campur urusan internal negara lain dan tidak memihak kekuatan mana pun di dunia. Namun, negara tidak pula pasrah menghadapi kebijakan negara lain yang mengganggu kepentingan nasional.

AS selama ini merupakan mitra dagang utama dengan posisi surplus perdagangan berada di tangan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat selama periode Januari-September tahun ini mencapai US$11,6 miliar atau sekitar Rp150 triliun. Nilai impor dari AS tercatat hanya separuhnya.

Keinginan Trump untuk memperkecil keran impor jelas mengancam kinerja ekspor Indonesia ke AS. Pemerintah mesti menggencarkan diplomasi begitu pemerintahan Trump terbentuk. Yakinkan dengan segala daya upaya bahwa produk Indonesia bukanlah ancaman perekonomian AS.

Sikap apriori Trump terhadap masyarakat muslim juga merugikan kepentingan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Tidak sedikit diaspora Indonesia yang menetap di Amerika Serikat. Ditambah, setiap tahun ratusan ribu, kalau bukan jutaan, warga Indonesia hilir mudik mengunjungi negeri Trump untuk berbagai urusan.

Dengan berpedoman pada kata pepatah 'Tak kenal maka tak sayang', kenalkan situasi di Indonesia kepada Trump. Tidak ada salahnya kita menunjukkan kepada dia dan dunia bahwa masyarakat muslim tidak perlu ditakuti.

Indonesia yang memiliki populasi penduduk keempat terbesar di dunia dan mayoritasnya beragama Islam mampu mempertahankan suasana damai dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Perbedaan tetap ada, tetapi bukan permusuhan.

Muslim di Indonesia justru dapat menjadi panutan untuk mewujudkan perdamaian dunia seperti cita-cita konstitusi.

- See more at: https://www.mediaindonesia.com/editorial/read/897/politik-bebas-aktif-untuk-trump/2016-11-11#sthash.MySoveyT.dpuf

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase pemilu as

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif