Mencegah Horor Mudik
Mencegah Horor Mudik ()

Mencegah Horor Mudik

13 Juni 2017 07:20
MOBILITAS besar-besaran yang tak jarang berujung pada kemacetan, kesemrawutan, hingga berjatuhannya korban akibat kecelakaan merupakan bagian tak terpisahkan dari mudik Lebaran. Pemerintah harus semakin baik mengelolanya. Pemudik pun diharapkan kian cerdas sehingga mudik berlangsung lancar dan aman. Dari tahun ke tahun, sarana dan prasarana penunjang prosesi mudik Lebaran memang kian membaik.
 
Saking pentingnya tradisi itu bagi sebagian besar rakyat Indonesia di penghujung Ramadan, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla memberikan perhatian ekstra. Beragam upaya dan sederet terobosan dilakukan untuk menjamin kelancaran dan kenyamanan. Untuk memberikan ruang lebih lapang bagi pemudik pengguna kendaraan pribadi atau angkutan umum, misalnya, pemerintah terus tancap gas menambah tol baru.
 
Tahun lalu, ruas tol dari Merak sudah sampai Brebes Timur, Jawa Tengah. Tahun ini, jalan berbayar itu bertambah 110 kilometer hingga Gringsing untuk difungsionalkan.
Belum lagi ruas-ruas lain bagian dari tol trans-Jawa. Bahkan, sedikitnya dua ruas tol trans-Sumatra juga sudah bisa dilintasi pemudik. Sarana transportasi umum di tiga sektor yakni darat, laut, dan udara pun sudah disiapkan jauh-jauh hari.
 
Sepertinya tidak ada yang kurang. Sepertinya mudik Lebaran tahun ini akan mulus berjalan. Kita menyambut baik keseriusan pemerintah melayani pemudik. Kita angkat topi dengan kegigihan Jokowi yang tak kenal lelah blusukan untuk memantau kesiapan infrastruktur penunjang mudik Lebaran. Namun, harus kita katakan semua itu belum cukup. Pengalaman tahun lalu membuktikan, meski persiapan begitu matang, aparat terkait ternyata kelabakan ketika ada persoalan di lapangan. Ketidaksiapan mengurai masalah bahkan mengakibatkan tragedi. Belasan pemudik kehilangan nyawa lantaran kemacetan luar biasa parah beberapa hari di pintu keluar Brebes Timur atau Brexit. Tentu, kita tak ingin horor karena antisipasi yang konyol itu terulang. Tragedi Brexit harus menjadi pelajaran berharga, bagaimana pihak-pihak terkait semestinya bertindak cepat, sigap, dan terkoordinasi ketika muncul masalah berat.
 
Jangan lagi terlenakan oleh infrastruktur jalan yang kian menunjang. Kesiapan pemerintah juga wajib dibarengi dengan ketegasan. Harus diakui, selama ini kompromi terlalu diobral sehingga angkutan umum yang sebenarnya tak laik jalan leluasa beroperasi. Jangan lagi ada toleransi seperti itu karena nyawa pemudik yang akan dipertaruhkan. Saatnya pemerintah berprinsip zero tolerance terhadap pelanggaran.
 
Peran pemerintah memang sangat menentukan lancar tidaknya arus mudik Lebaran. Namun, bukan berarti seluruh tanggung jawab kita timpakan di pundak mereka. Para pemudik pun punya peran yang tak kalah menentukan. Agar mudik Lebaran lancar, nyaman, dan aman, pemudik juga harus cerdas. Membayar tiket tol secara elektronik dengan menggunakan e-toll atau e-money ialah contoh kecerdasan itu karena terbukti sangat mujarab untuk mengurangi antrean di pintu tol sekaligus memangkas kemacetan.
 
Tidak menggunakan sepeda motor untuk pulang kampung, apalagi jika jaraknya sangat jauh, juga bentuk kecerdasan karena ikut meminimalkan kecelakaan. Selama masih ada ketimpangan antara perkotaan dan perdesaan, selama geliat ekonomi masih terpusat di kota-kota besar, ritual mudik akan terus terjadi di negeri ini. Di satu sisi mudik memang merepotkan, tetapi di sisi lain sangat membahagiakan. Biarkan mudik terus menjadi tradisi, yang penting ia harus kita pastikan berlangsung lancar dan aman.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase mudik lebaran 2017

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif