Ia mencontohkan, orang tua bisa mengajak anak-anaknya bermain permainan seperti karambil, catur, halma, ludo, dan sejenisnya. Atau, bisa juga melakukan olahraga yang melibatkan aktivitas motorik kasar.
"Seperti skipping, badminton kalau memungkikan di halaman rumah, atau di sekitar rumah. Semua alat yang ada di rumah bisa di-afektifkan," kata Rosana kepada Medcom.id, Minggu, 27 Juni 2021.
Baca: Simak, Tips Kemendikbudristek untuk Pelaksanaan Sekolah Tatap Muka
Kalau memang tidak ada alat yang bisa mendukung mengajak bermain, kata dia, sang anak bisa diajak untuk melakukan kegiatan sehari-hari di rumah. Misalnya, memasak bersama.
Menurut dia, peran orang tua amat penting untuk memastikan liburan sekolah anak bisa lebih aman, nyaman, dan tetap menyenangkan, meski hanya di rumah saja. Ia menekankan, anak-anak cenderung sulit bila diminta bermain sendiri. Mereka akan lebih senang berkegiatan bila didampingi.
"Mereka akan lebih senang kalau ada temannya, atau orang lain yang bersama mereka. Nah, kalau dengan teman itu tidak memungkinkan, pasti dengan orang tua, atau melibatkan orang-orang di lingkungan rumah," jelasnya.
Kekinian, lazim ditemukan orang tua yang kesal karena anaknya kerap menghabiskan waktu bersama gawai mereka, misalnya untuk bermain game. Seringkali, orang tua hanya bisa melarang, tanpa memberikan alternatif kegiatan lainnya.
"Nah itu sama saja kita diminta untuk berhenti melakukan sesuatu atau mengerjakan sesuatu, tapi instruksinya 'tidak jelas'," ungkapnya.
Ia menjelaskan, liburan 'di rumah saja' mau tidak mau memberikan dampak psikologis bagi anak. Misalnya, bosan, stres, sehingga anak mudah emosi. Guna menyiasati dampak psikologis ini, kata dia, orang tua harus membangun kemampuan regulasi diri.
Baca: Psikolog UNAIR Bagikan Kiat Mengurangi Kecemasan
Orang tua juga harus bisa memberikan contoh yang baik dan disiplin dalam berkegiatan di tengah pandemi. Contohnya, ketika orang tua meminta sang anak diam di rumah, di sisi lain, orang tua justru berkegiatan yang 'tak penting' di luar rumah.
"Masih arisan misalnya, ada foto selfie bareng teman-temannya, itu kan dilematis ya. Jadi hal yang harus diperhatikan adalah orang tua jadi model," ujarnya.
Orang tua bisa mengisi waktu liburan dengan mengedukasi anak-anak tentang situasi pandemi. Anak-anak sepatutnya diberi pemahaman dengan media-media yang sesuai usia mereka agar lebih dimengerti.
"Bagaimana kemampuan orang tua memberikan edukasi, kemudian bagaimana orang tua pun melibatkan mereka dalam problem solving," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News