Menurut Sawitri, penting bagi mahasiswa untuk dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang menguasai kompetensi untuk belajar bagaimana belajar. Ini guna menyiasati tuntutan PJJ dan perubahan situasi yang senantiasa silih berganti, serta mempertimbangakan faktor budaya.
Dosen dan institusi dapat memfasilitasi hal ini dengan menciptakan
online learning climate dan mengoptimalkan kemandirian belajar mahasiswa untuk mengarahkannya menjadi
self regulated learner. Hal ini agar mahasiswa dapat terlibat secara penuh dalam proses PJJ tanpa kendala psikologis yang bermakna.
Baca:
Pakar Unpad: Jangan Asal 'Screenshot' Percakapan di Media Sosial
Iklim belajar daring yang kondusif dapat diciptakan dosen melalui beragam celah. Kedua,
online learning climate dapat dibangun melalui desain perkuliahan. Selain itu juga didukung sarana prasarana memadai harapannya seiring sejalan dengan kemandirian mahasiswa dalam belajar.
"Strategi pembentukan karakter mahasiswa sebagai
autonomous learner ini dapat disosialisasikan pada saat penerimaan mahasiswa baru dan juga perlu dikomunikasikan secara
integrated dalam perkuliahan secara
on going," jelasnya.
Ia memaparkan, ciri-ciri
autonomous learner yakni merupakan
self-directed learner yang sudah bisa menikmati pengalaman-pengalaman belajar dan tantangan baru. Lalu, terbuka atas cara baru dalam melakukan hal yang telah biasa dilakukan dengan cara lama, dan menikmati proses mencari informasi secara mandiri.
"
Autonomous learner juga cenderung optimis dalam mengatasi tugas-tugas sulit, termotivasi memenuhi deadline, senang bekerja mandiri, dan dapat merencanakan waktu studinya secara efektif," bebernya.