Ilustrasi. Dok Media Indonesia.
Ilustrasi. Dok Media Indonesia.

Dosen IPB Paparkan Langkah Strategis Wujudkan Kedaulatan Pangan

Arga sumantri • 11 November 2020 11:47
Bogor: Banyak faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi pangan nasional. Dengan demikian upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan harus dilakukan secara komprehensif, konsisten, terus-menerus dan terintegrasi.
 
Dosen dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian (AGH-Faperta) IPB University, Iskandar Lubis, menyampaikan langkah-langkah strategis mewujudkan kedaulatan pangan yang terintegrasi. Kebijakan yang terintegrasi bisa menjadi langkah awal mewujudkan kedaulatan pangan.
 
"Kebijakan yang terintegrasi untuk mendukung industri pangan nasional harus terus diupayakan," kata Iskandar melalui siaran pers, Rabu, 11 November 2020.

Iskandar menerangkan, kebijakan terkait ekspor dan impor tak boleh berat sebelah. Contohnya, tidak boleh ada pajak biji kakao yang diekspor ke luar negeri, sementara impor coklat tidak dikenakan pajak. 
 
"Tidak boleh terjadi impor beras, sementara produksi beras nasional sudah melebihi kebutuhan tahun tersebut. Tidak boleh ada distribusi bawang merah impor ke pusat produksi bawang yang sedang melaksanakan panen raya," terangnya.
 
Baca: Pakar UGM Bagikan Tips Menghemat Kuota Internet
 
Iskandar menambahkan, diversifikasi pangan dapat menurunkan ketergantungan terhadap beras dan gandum. Adapun perwujudan diversifikasi pangan dapat dilakukan dengan 'revolusi meja makan'. Ini seperti anjuran rekannya sesama dosen di Departemen AGH, Edi Santosa, yaitu menggali dan mengembangkan pangan lokal, dan 'gerakan nasional tidak sarapan nasi'.
 
"Tidak perlu khawatir terhadap kekurangan permintaan padi karena apabila produksi padi lebih, kita bisa melakukan ekspor, dan petani juga dapat memodifikasi usaha ke komoditas yang penghasilannya lebih tinggi dari bertanam padi, tinggal bagaimana mewujudkan integrasi dalam pelaksanaannya," paparnya.
 
Hal penting lainnya dalam mendukung kedaulatan pangan, kata dia, adalah dengan ekstensifikasi dan eksplorasi. Untuk ekstensifikasi, lanjutnya, ada sembilan juta hektare lahan pasang surut yang potensial untuk diusahakan sebagai lahan pertanian.
 
Ia menyebut hutan cadangan pangan juga potensial untuk dibangun di kawasan hutan. Sedangkan, untuk eksplorasi bahan makanan potensial baik di hutan maupun lautan yang beragam, harus dilakukan dengan intensif, agar dapat menambah alternatif pangan di masa depan.
 
Iskandar mengingatkan, kelangkaan pangan dan energi akan semakin dirasakan oleh sebagian besar penduduk dunia dalam beberapa dekade mendatang. Suatu negara yang menguasai pangan dan energi akan menjadi negara yang kuat dan berpengaruh di dunia. Tidak hanya itu, dengan energi dan pangan yang berlimpah, suatu negara dapat membantu, sekaligus membangun pengaruh pada negara-negara yang mengalami kekurangan pangan dan energi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan