Dosen di Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR), Dewi Retno Suminar. Foto: Dok. Unair
Dosen di Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR), Dewi Retno Suminar. Foto: Dok. Unair

Etika Berkomunikasi dengan Dosen Lewat Whatsapp

Citra Larasati • 09 Februari 2021 13:34
Jakarta:  Era pandemi ini, nyaris semua aktivitas perkuliahan dilakukan secara online atau daring. Perkuliahan yang dilakukan secara daring mengakibatkan komunikasi antara mahasiswa dan dosen pun intens dilakukan melalui media sosial seperti WhatsApp.
 
Namun, komunikasi daring tetap perlu mengikuti etika dan sopan santun saat berkomunikasi dengan dosen.   Dosen di Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR), Dewi Retno Suminar mengatakan, bahwa etika yang baik saat berkomunikasi melalui WhatsApp diawali dengan memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan penutup.
 
Tidak lupa menggunakan bahasa baku.  “Form-nya seperti ini, salam pembuka perkenalkan diri. Lalu maksud tujuan dan penutup kan, itu isinya. Kemudian gunakan bahasa baku, tidak boleh ngomong ‘aku’, maksudnya harus ‘saya’ kepada dosen. Kadang-kadang anak-anak (mahasiswa) menyebutkan ‘aku’ itu yang harus diperhatikan,” tutur dosen yang memiliki fokus keahlian hubungan antar person tersebut, dikutip dari laman UNAIR, Selasa, 9 Februari 2021.

Pemilihan waktu juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Dewi mengungkapkan bahwa pagi hari menjadi waktu yang baik untuk menghubungi dosen.
 
Hal itu karena pagi hari masih ada waktu luang sebelum sibuk dengan persoalan kantor.  “Karena biasanya pagi itu kan orang-orang bekerja dulu, mungkin habis salat subuh kita kirimkan pagi. Karena ketika membuka pagi hari beliau belum bekerja,” tambahnya.
 
Perlu disadari, di masa pandemi WhatsApp group lebih cepat direspons daripada WhatsApp personal. Itu disebabkan karena waktu yang ada lebih aktif dibandingkan dengan WhatsApp personal.
 
Baca juga:  Daftar SNMPTN, Unpad: Jangan 'Tertipu' Jumlah Peminat Tahun Lalu
 
Sehingga terkadang mahasiswa harus berpikir positif karena terkadang dosen baru bisa membalas pada malam hari.  Selain itu, berkomunikasi secara online sangat berbeda dengan cara berkomunikasi tatap muka.
 
Harus disadari bila dosen menjawab singkat bukan berarti tidak mau diganggu melainkan mungkin sedang ada aktivitas yang lain.  “Jadi enggak perlu sampai merasa tersinggung sebenarnya enggak boleh tersinggung. Bahasa komunikasi itu kan bisa jadi dia menjawab dengan ‘ya’, ‘oke’. Kalau kita ketemu langsung, coba bayangkan menjawab ‘oh begitu ya’, ‘oke kalau gitu’, ‘kita ketemu nanti’, ya udah cukup singkat ya,” jelasnya.
 
Dewi juga menekankan dalam mengakhiri pesan tidak perlu panjang lebar cukup yang penting-penting saja. “Ya cukup dengan terima kasih Bu atas masukan, atau waktunya. Yang penting-penting aja,” pungkasnya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan