“Alat ini menangkap suara batuk lewat mikrofon, kemudian suara tersebut dikirim melalui sambungan nirkabel ke aplikasi khusus,” ujar Ketua Tim Riset Flagship ITS, Dhany Arifianto, dalam tayangan Newsline di Metro TV, Senin, 31 Januari 2022.
Dhany membeberkan alat bernama cough analyzer prototype itu awalnya dirancang untuk ruang periksa paru, bukan untuk tempat umum. Prinsip kerja alat ini dibuat menyerupai ketika dokter memeriksa pasien dengan stetoskop.
“Bukan cuma mendeteksi covid-19, alat ini sebenarnya bisa membantu dokter dalam mendiagnosa pasien. Kalau pakai stetoskop, dokter harus pakai hazmat. Dengan alat ini, dokter bahkan bisa memeriksa pasien dari jarak jauh,” ungkap dia.
Dalam proses penelitiannya, tim riset ITS melakukan serangkaian uji laboratorium. Salah satunya, menguji coba alat mengenali beragam macam suara batuk. Tim riset bekerja sama dengan dokter paru RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, untuk pemetaan jenis batuk tersebut.
“Kami mencampurkan sekitar 3.000 naracoba suara batuk, penyakitnya bermacam-macam. Dengan campuran tersebut, kami ’melatih’ alat agar bisa mengenali pola batuk dan mengidentifikasinya,” sambung Dhany.
Hingga saat ini, cough analyzer prototype masih berada dalam tahap uji laboratorium. Pada 2022, rencananya alat ini akan masuk tahap uji klinis. (Nurisma Rahmatika)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
