Dosen Departemen Fisika ITS, Endarko menyebut, jika lampu IUV ini mempunyai daya tahan yang mumpuni. Selain itu, lampu ini juga hanya memerlukan daya listrik sebesar 40 watt.
“Lampu ini juga bisa bertahan sampai dengan 50 ribu jam,” ujar Endarko dikutip dari laman ITS, Kamis, 30 April 2020.
Lebih lanjut Endarko menyampaikan, bahwa lampu tersebut juga telah dimodifikasi dengan menyeimbangkan sinar yang dipancarkan, serta nyaman untuk penglihatan. Awalnya sinar lampu dipancarkan berwarna violet, sehingga dapat membuat pusing jika dilihat.
Baca juga: ITB Kembangkan Ventilator Multi Fungsi dan Pengguna
Kekinian sudah ada 15 lampu LED IUV yang diproduksi. Rencananya, ini akan langsung digunakan di selasar RSUA.
Endarko menyebut, proses produksi lampis ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Tetapi yang menjadi kekurangan adalah komponen lampu ini cukup sulit ditemukan di Indonesia.
"Namun, keberadaan komponen yang masih jarang di Indonesia ini menjadi salah satu kendalanya,” ungkapnya.
Wakil Rektor IV ITS Bidang Riset, Inovasi, Kerja sama, dan Hubungan Internasional, Bambang Pramujati lampu IUV ini mengusung prinsip yang hampir sama dengan Robot Violeta ITS yang juga digunakan untuk sterilisasi. “Selain lebih aman digunakan, lampu IUV ini juga mudah dipasang permanen di plafon-plafon ruangan,” jelasnya.
Dengan kemampuan sterilisasi terus menerus, ujar Bambang, lampu ini tidak memerlukan isi ulang seperti cairan disinfektan. Selain itu, dengan menggunakan lampu ini juga bersih dari noda dan residu, yang mengganggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
