Potensi pemanfaatan keong darat. DOK BRIN
Potensi pemanfaatan keong darat. DOK BRIN

Peneliti BRIN Temukan 5 Kelompok Keong Darat yang Berpotensi Sebagai Obat Herbal

Renatha Swasty • 08 Oktober 2024 11:44
Jakarta: Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ayu Savitri Nurinsiyah menemukan lima kelompok keong darat yang berpotensi sebagai obat herbal. Kelima kelompok keong itu, yakni Lissachatina fulica, Amphidromus palaceus, Dyakia rumphii, Ampullariidae, dan Viviparidae.
 
“Lima kelompok ini secara rutin digunakan untuk pengobatan tradisional, seperti untuk menyembuhkan luka, asma, dan beberapa penyakit lainnya,” kata Ayu dalam webinar Applied Zoologi Summer School #8 dikutip dari laman brin.go.id, Selasa, 8 Oktober 2024.
 
Ayu dan tim bersama mahasiswa doktoral IPB melakukan penelitian tentang etnomalakologi (ethnomalacology) atau pengetahuan tradisional terkait pemanfaatan moluska. Pengetahuan tradisional ini menjadi dasar pengetahuan untuk bioprospeksi.

Penelitian etnomalakologi mengungkap masyarakat di beberapa daerah Indonesia masih menggunakan keong darat untuk pengobatan, meskipun pengetahuan ini semakin langka. Penelitian tersebut juga menunjukkan potensi besar dari keong darat untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan dasar obat-obatan modern.
 
Ayu menjelaskan dari 126.316 spesies keong yang telah divalidasi di dunia (Molluscabase.org, 2024), lebih dari 5.000 atau 6 persen spesies ini berada di Tanah Air. Sebanyak 557 spesies hidup di air tawar, 111 spesies di antaranya hidup sebagai endemik Indonesia.
 
Sementara itu, 1.294 spesies berada di darat dan 595 merupakan endemik Indonesia. Ayu mengungkapkan Pulau Jawa dan sekitarnya merupakan salah satu daerah dengan keanekaragaman spesies keong darat yang tinggi.
 
Dari 263 spesies yang ada, 104 spesies di antaranya adalah spesies endemik atau hanya berada di Pulau Jawa dan pulau kecil di sekitarnya. Beberapa spesies bahkan hanya ditemukan di area tertentu, seperti pegunungan Halimun atau daerah sekitar Yogyakarta.
 
“Keanekaragaman ini tidak hanya terlihat dari segi jumlah spesies, tetapi juga dari variasi karakter morfologis, habitat, serta perilaku ekologisnya. Ada keong darat yang hidup di habitat kering dan berbatu, sementara yang lain lebih menyukai lingkungan lembab di sekitar sungai atau air terjun,” jelas Ayu.
 
Keong darat selain memiliki fungsi ekologis yang penting dalam ekosistem juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam berbagai bidang, termasuk kuliner, obat-obatan, dan kosmetik.
 
Di berbagai negara, keong telah lama digunakan sebagai sumber protein alternatif. Misalnya, di Prancis, keong darat (escargot) merupakan makanan mewah yang sangat digemari dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
 
Selain sebagai sumber makanan, lendir yang dihasilkan oleh keong darat juga memiliki nilai medis tinggi. Lendir keong memiliki sifat antibakteri dan dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit kulit, seperti luka, infeksi, bahkan membantu regenerasi jaringan kulit.
 
Beberapa penelitian telah menunjukkan penggunaan lendir keong pada luka dapat mempercepat proses penyembuhan dibandingkan dengan metode pengobatan konvensional.
 
Penelitian lebih lanjut menunjukkan keong darat mengandung berbagai senyawa bioaktif yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan dasar kosmetik, terutama untuk produk perawatan kulit. Lendir keong yang kaya akan kolagen dan elastin dapat membantu menjaga kelembapan kulit dan merangsang produksi sel-sel baru, sehingga berpotensi besar dikembangkan sebagai produk anti-penuaan.
 
Ayu menyebut salah satu tantangan utama dalam pengembangan riset ini adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keanekaragaman keong darat serta potensi pemanfaatannya. Banyak yang menganggap keong sebagai hama. Padahal, keong memiliki peran ekologis dan ekonomi yang penting.
 
Penelitian dan upaya konservasi juga masih sangat terbatas, terutama dalam hal pendokumentasian spesies keong darat di Indonesia. Kurangnya data distribusi dan populasi spesies ini membuat upaya konservasi menjadi lebih sulit.
 
“BRIN terus berupaya melakukan penelitian dan konservasi yang berkelanjutan untuk memastikan keanekaragaman ini tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan secara bijaksana untuk kesejahteraan masyarakat serta pelestarian lingkungan,” tutur dia.
 
Baca juga: Siswa MAN 2 Kota Malang Temukan Buah Misterius untuk Obat Hipertensi

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan