Peneliti sekaligus dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Subiyantoro, mengungkapkan, bahwa telah terjadi hibriditas (pencampuran) antara bahasa Jawa yang dibawa oleh masyarakat yang dahulunya bermigrasi kesana. Bahasa Jawa yang digunakan di sana sekarang ini kemudian disebut sebagai Bahasa Jawa Kaledonia Baru (BJKB), yakni bahasa Jawa yang telah berhibridasi dengan bahasa Prancis.
“BJKB (terus) mengalami transformasi dan dewasa ini masih dipakai untuk komunikasi meski dalam lingkup terbatas. BJKB memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa Jawa standar: Hibridisasi bahasa Jawa-Prancis,” ungkap Subiyantoro dalam webinar berjudul ‘Bahasa Jawa Kaledonia Baru: Kajian Hibriditas Bahasa’ dikutip dari siaran pers, Jumat, 20 Agustus 2021.
Kaledonia Baru tepatnya terletak di arah timur laut Australia dan utara Selandia Baru. Kaledonia Baru termasuk wilayah teritorial Prancis dengan status khusus: sui generis. Luas wilayahnya 18.676 kilometer persegi.
Wilayah Kaledonia Baru berbentuk kepulauan dengan pulau terbesar bernama Grande Terre. Diketahui, orang Jawa datang ke Kaledonia Baru sejak 1896, kloter pertama sebanyak 170 orang. 170 orang tersebut dibawa sebagai kuli kontrak dari wilayah nusantara yang masih dikuasai pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
Sekarang, orang Jawa yang hidup di Kaledonia Baru ada sekitar 3.786 jiwa atau 1,39 persen dari jumlah penduduk keseluruhan (hasil sensus 2019, sumber: Kemlu RI). Subiyantoro mengatakan, bahwa orang Jawa yang tinggal di sana saat ini merupakan generasi kedelapan dan kesembilan.
Baca juga: 22 Agustus, Fenomena Blue Moon Dapat Diamati di Seluruh Indonesia
Berdasarkan hasil penelitiannya, Subiyantoro mengungkapkan bahwa bahasa lisan orang Jawa di sana telah berubah seperti ucapan kata berikut: ketika mengatakan kalimat “ini adalah ikan yang dilindungi”, jika dalam bahasa Jawa “iki iwak sing dilindungi”, dalam BJKB kalimat tersebut berubah dan berbunyi menjadi “iki posong sing diproteze”.
Selain itu, juga ada perubahan pada penyebutan seperti penyebutan frasa nama benda seperti lemper menjadi lumper dan lain-lain. Lalu, ditemukan juga hibridasi dalam penggunaan kata slametan. "Untuk tradisi slametan tersebut, kata “slametan” masih digunakan untuk acara duka, namun untuk acara bahagia, orang Jawa di sana tidak menggunakan kata slametan lagi, tetapi menggunakan kata lafetan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id