Research Integrity Risk Index yang dikembangkan Profesor Lokman Meho dari Universitas Amerika di Beirut merilis daftar 1500 perguruan tinggi di dunia yang memiliki tingkat risiko institusional dalam integritas penelitian. Dari jumlah tersebut, 13 perguruan tinggi di antaranya ada di Indonesia, salah satunya UI.
Ada lima kategori penilaian risiko integritas riset:
- Risiko Rendah (Risiko Rendah)
- Variasi Normal (Variasi Normal)
- Daftar Pengawasan/watch list (Dalam Pemantauan)
- Risiko Tinggi/Zona Merah(berisiko tinggi)
- Bendera Merah/Red Flag(buruk).
"Jadi itu kan ada (di antaranya) 3 kategori, ada red flag, ada zona merah, dan ada watch list. Lalu UI, ITB dan UGM berada dalam posisi watch list. Bukan red flag apalagi zona merah," tegas Heri di sela-sela Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) UI, di Kampus UI Depok, Selasa, 5 Agustus 2025.
Peningkatan Pengawasan
Meski begitu, kata Heri, UI akan memperketat pengawasan dalam publikasi karya ilmiah di jurnal-jurnal, baik nasional dan utamanya internasional. Sebab, kata Heri, begitu banyak jurnal internasional yang menjadi media untuk melakukan publikasi ilmiah dengan berbagai kualitas."Karena tadi ada begitu banyak jurnal internasional yang menjadi media untuk publikasi ilmiah. Nah, tidak semua jurnal internasional itu bagus," ujar Heri.
Ia memberi contoh, ada beberapa kasus pada jurnal-jurnal tertentu yang masih terindeks, di mana ketika dosen submit jurnal tersebut masih terindeks. Namun beberapa tahun kemudian jurnal tersebut tidak terindeks lagi.
"Nah, inilah kemudian sehingga masuk ke watch list supaya ditingkatkan pengawasannya," ujarnya.
Waspada Jurnal Predator
Untuk itu, Heri meminta para dosen dan peneliti lebih berhati-hati dalam memperhatikan rekam jejak setiap jurnal. "Agar memperhatikan bahwa jurnal-jurnal yang sudah terindeks itu juga memiliki rekam jejak historis yang prudent juga. Sehingga suatu saat itu bukan tidak mungkin dia di-kick out dari indeksnya itu," kata Heri.Heri justru mengingatkan kepada kampus-kampus yang sudah masuk ke kategori red flag atau bahkan zona merah agar betul-betul memperhatikan publikasi karya-karya ilmiah mereka.
"Tapi sekali lagi, sebenarnya yang perlu diperhatikan adalah yang red flag. Red flag inilah yang perlu diperhatikan supaya keluar dari zona merah itu. Nah, kalau yang watch list tadi lebih kepada kita perlu pengawasan," bebernya.
Untuk meningkatkan pengawasan tersebut, Heri akan menugaskan Wakil Rektor bidang Riset Inovasi untuk meningkatkan sosialisasi hingga pendampingan kepada para dosen agar melakukan asesmen terlebih dahulu dalam memilih jurnal.
"Nah, di sini Wakil Rektor Bidang Riset Inovasi itu bertugas untuk mengawal dan memberikan sosialisasi, pendampingan ke para dosen kita dalam melakukan asesmen memilih jurnal yang prudent. Jurnal yang memiliki kualitas yang bagus," tegasnya.

Research Integrity Risk Index 2025. Foto: sites.aub.edu.lb
Sebenarnya, kata Heri, para peneliti senior UI sudah relatif memahami seluk beluk memilih jurnal yang berkualitas. Pendampingan ini akan diprioritaskan kepada para dosen maupun peneliti pemula.
"Tentunya para peneliti kita yang top-top itu sudah tidak perlu diajarin lagi. Mereka sudah tahu kemana harus submit. Nah, para dosen yang pemula kemudian perlu didampingi oleh Wakil Rektor Bidang Riset Inovasi sehingga mereka tidak salah memilih jurnal dalam melakukan publikasi ini," kata Heri.
Para dosen dan tim peneliti UI dapat dengan mudah mengecek rekam jejak jurnal ilmiah melalui sejumlah laman terpercaya. "Ada Schimago Jurnal Ranking namanya. Jurnal Ranking di situ dia juga bisa melakukan assessment sehingga dia tidak tercebur memilih jurnal yang sifatnya predator," terangnya.
Sebelumnya, pada Research Integrity Risk Index 2025 yang dikembangkan Profesor Lokman Meho dari Universitas Amerika di Beirut merilis daftar peringkat 1.500 yang integritas risetnya dipertanyakan. Dari dara tersebut, sebanyak 13 universitas di Indonesia masuk dalam indeks tersebut.
Daftar 13 universitas Indonesia yang integritas risetnya diragukan:
- Binus University - peringkat 11 (Red Flag)
- Universitas Airlangga - peringkat 40 (Red Flag)
- Universitas Sumatera Utara - peringkat 49 (Red Flag)
- Universitas Hasanuddin - peringkat 69 (Red Flag)
- Universitas Sebelas Maret - peringkat 86 (Red Flag)
- Universitas Diponegoro - peringkat 152 (High Risk)
- Universitas Brawijaya - peringkat 155 (High Risk)
- Universitas Padjajaran - peringkat 177 (High Risk)
- Institut Teknologi Sepuluh Nopember - peringkat 233 (Watch List)
- Universitas Indonesia - peringkat 266 (Watch List)
- Institut Teknologi Bandung - peringkat 354 (Watch List)
- Institut Pertanian Bogor - peringkat 358 (Watch List)
- Universitas Gadjah Mada - peringkat 363 (Watch List)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id