Tidur. DOK Unsplash
Tidur. DOK Unsplash

Penelitian: Tidur Tak Berkualitas Bisa Ciptakan Siklus Berbahaya Bagi Kesehatan Mental

Renatha Swasty • 16 Desember 2025 10:55
Jakarta: Gangguan tidur ternyata bisa menjebak seseorang dalam lingkaran setan yang sulit diputus otak. Para ahli menjelaskan kurang tidur tidak hanya membuat tubuh lelah, tetapi juga memicu gangguan kesehatan mental yang berkelanjutan.
 
Kondisi ini semakin berbahaya karena masalah tidur dan gangguan mental saling memperburuk satu sama lain. Melansir laman ScienceAlert, penelitian menunjukkan tidur yang tidak berkualitas dapat menciptakan siklus berbahaya bagi kesehatan mental.
 
Bayangkan, saat seseorang tidak tidur nyenyak di malam hari, keesokan harinya mereka akan merasa lelah, tidak fokus, dan kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya menyenangkan. Dampaknya tidak berhenti di situ, seseorang yang kurang tidur cenderung menghindari olahraga hingga merasa cemas menjelang waktu tidur.

Alih-alih mendapatkan istirahat yang dibutuhkan, justru mereka mengalami malam yang buruk lagi. Sehingga, mereka terjebak dalam lingkaran tidur buruk dan suasana hati yang tertekan.
 
Para peneliti yang merupakan psikolog perkembangan dan mahasiswa doktoral psikologi ini menjelaskan gangguan tidur dan kesehatan mental saling berkaitan. Gangguan tidur adalah gejala inti dari depresi.
 
Selain itu, sebuah riset yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Psychiatry menampilkan masalah tidur berkontribusi pada berbagai gangguan kesehatan mental, termasuk skizofrenia dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
 
Dari sisi biologis, gangguan tidur dapat menyebabkan kesulitan dalam mengatur kadar hormon kortisol secara harian, yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan kemampuan mengelola stres secara efektif. Tidur juga berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, di mana gangguan tidur dikaitkan dengan respons imun yang lebih buruk terhadap virus dan peningkatan peradangan.
 
Kondisi ini menjadi lebih serius pada ibu hamil. Sekitar 76 persen wanita hamil melaporkan mengalami masalah tidur di beberapa titik selama kehamilan mereka, jauh lebih tinggi dibandingkan 3dengan 3 persen pada populasi umum.
 
Riset terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Mood and Anxiety Disorders menampilkan selama kehamilan, masalah kesehatan mental berkontribusi pada gangguan tidur dari waktu ke waktu, dan gangguan tidur pada gilirannya dapat memperparah masalah kesehatan mental.
 
Lebih mengkhawatirkan lagi, masalah tidur selama kehamilan seperti durasi tidur pendek, sleep apnea, dan tidur gelisah dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir.
 
Sebuah studi yang yang diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology menemukan wanita hamil yang sering bekerja shift malam atau cepat berganti antara kerja malam dan siang di awal kehamilan menunjukkan risiko tiga hingga empat kali lebih besar mengalami kelahiran prematur. Berdasarkan riset tersebut, para ahli menyarankan agar pemeriksaan masalah tidur menjadi standar dalam kunjungan medis, mengingat dampak potensial dari kurang tidur bagi ibu dan bayi mereka. (Bramcov Stivens Situmeang)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan