Dwiyantari Widyaningrum, selaku tim peneliti dan dosen Program Studi Bioteknologi. Foto: Binus University
Dwiyantari Widyaningrum, selaku tim peneliti dan dosen Program Studi Bioteknologi. Foto: Binus University

Dari Laboratorium ke Fashion, Inovasi Kulit Ramah Lingkungan dari Limbah Kulit Pisang

Citra Larasati • 30 September 2025 16:10
Jakarta: Dalam era yang semakin menuntut produk ramah lingkungan, inovasi di bidang material berkelanjutan menjadi sorotan utama. Salah satu terobosan terbaru datang dari Program studi Bioteknologi dan Fashion Design BINUS University, yang berhasil mengembangkan plant-based leather berbahan dasar limbah kulit pisang dan serat daun nanas.
 
Inovasi ini tidak hanya menjawab tantangan limbah organik, tetapi juga menghadirkan alternatif material pengganti kulit hewan dan kulit sintetis yang lebih ramah lingkungan. Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil pisang terbesar di dunia, menghadapi persoalan limbah kulit pisang yang jumlahnya melimpah dan jarang dimanfaatkan.
 
Melalui pendekatan bioteknologi, limbah ini diolah menjadi material baru yang tidak hanya memiliki nilai fungsional, tetapi juga bernilai ekonomis tinggi. Kolaborasi lintas jurusan ini memperlihatkan bagaimana ilmu bioteknologi dapat berpadu dengan kreativitas desain untuk menghasilkan produk berkelanjutan yang siap bersaing di pasar global.

Plant-Based Leather

Produk kulit berbasis tumbuhan (plant-based leather) telah menjadi tren dunia dalam upaya mengurangi ketergantungan pada kulit hewan maupun kulit sintetis berbasis plastik. Kulit hewan memiliki dampak lingkungan tinggi, mulai dari emisi gas rumah kaca hingga isu kesejahteraan hewan.

Sementara itu, kulit sintetis seringkali berbahan dasar polimer yang sulit terurai. Inovasi berbasis kulit pisang dan serat nanas yang dikembangkan BINUS University hadir sebagai solusi yang lebih hijau, alami, dan mendukung prinsip sirkular ekonomi. Dengan memanfaatkan limbah pertanian, material ini mampu memberikan nilai tambah sekaligus mengurangi volume sampah organik.

Uji Ketahanan: Kekuatan dan Fungsionalitas

Salah satu tantangan terbesar dari material alternatif adalah daya tahan. Oleh karena itu, tim peneliti dari Bioteknologi BINUS University melakukan pengujian ketahanan, terutama dari sisi tensile strength (kekuatan tarik) dan kemampuan material untuk dijahit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa material kulit pisang–nanas ini memiliki daya tahan yang menjanjikan, cukup kuat untuk diproses lebih lanjut menjadi produk fashion.
  Uji tensile strength memastikan bahwa material tidak mudah robek saat ditarik, sementara uji kemampuan jahit menunjukkan potensi material ini untuk diproduksi secara massal menggunakan teknik konvensional dalam industri fashion. Hasil ini menjadi bukti bahwa plant based leather dari kulit pisang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga fungsional dan aplikatif.
 
Tidak berhenti pada tahap penelitian, tim kolaborasi BINUS University juga menguji potensi material ini dalam bentuk produk nyata. Beberapa prototipe dompet dan tas berhasil dibuat untuk menunjukkan aplikasinya. Produk-produk ini tidak hanya menampilkan estetika modern dan stylish, tetapi juga membawa pesan kuat tentang pentingnya fashion berkelanjutan (sustainable fashion).
 
Dompet dan tas berbahan kulit pisang ini membuktikan bahwa inovasi berbasis limbah dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi yang diminati konsumen. Lebih dari itu, produk ini dapat menjadi daya tarik baru dalam industri fashion Indonesia, yang semakin terbuka terhadap tren ramah lingkungan.
 
Melalui inovasi ini, BINUS University tidak hanya mencetak penelitian akademik, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam mendukung agenda global keberlanjutan. Dengan hasil uji coba yang menjanjikan, pengembangan plant-based leather kulit pisang–nanas memiliki potensi untuk diperluas, baik dari sisi produksi skala besar maupun diversifikasi produk.
 
Tidak menutup kemungkinan material ini dapat digunakan dalam berbagai lini produk lain, seperti jaket, sepatu, hingga aksesoris interior. Kolaborasi antara bidang bioteknologi dan fashion design menjadi contoh nyata bahwa pendekatan lintas disiplin mampu menghasilkan inovasi yang relevan, berdampak, dan memiliki prospek komersial tinggi.
 
Dukungan dari industri, pemerintah, dan masyarakat luas tentu sangat dibutuhkan agar inovasi ini bisa berkembang menjadi solusi nyata dalam industri fashion global.  Menurut Dwiyantari Widyaningrum, selaku tim peneliti dan dosen Program Studi Bioteknologi, material plant-leather berbasis kulit pisang dan serat nanas dapat menjadi solusi antara lain terkait dengan permasalahan limbah dari pengolahan kulit hewan dan juga pengelolaan limbah organik yang kemudian diinovasikan menjadi produk bernilai komersial.
 
"Penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa material plant-leather ini cukup kuat dan juga dapat dijahit sehingga memungkinkan untuk dikreasikan menjadi produk fashion seperti tas dan dompet. Selanjutnya kami berencana untuk melakukan penelitian terkait peningkatan skala produksi dan memperbaiki sifat mekanik dan ketahanan material terhadap air," pungkasnya. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan