Ia mengatakan misteri munculnya pola warna yang sangat khas pada kerbau belang ini memang sudah lama menarik perhatian ilmuwan untuk menguak rahasia ini. Namun, salah satu faktor yang membuat penelitian ini tidak dapat dilakukan dengan secara mendalam adalah karena pemilik kerbau belang ini umumnya tidak memperbolehkan kerbaunya menjadi objek penelitian.
"Bagi pemiliknya, kerbau belang ini memang diperlakukan dengan sangat istimewa dan tidak boleh sembarang orang menyentuh kerbaunya," ungkap Ronny.
Dalam rangka melestarikan keberadaan sumberdaya genetik ternak lokal yang sangat unik ini tim peneliti gabungan dari Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Swedish Agriculture University (Swedia) dan Uppsala University (Swedia) telah melakukan upaya untuk menguak rahasia di balik uniknya pola warna kerbau belang ini.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ronny menyebut penelitian ini sangat strategis dan penting. Sebab, keberadaan kerbau belang ini terancam punah karena tingkat mortalitas embrio dan anak yang tinggi, tingkat kesuburannya juga rendah dan belum diketahuinya mekanisme penyebab munculnya pola belang dan pola pewarisannya.
Baca: 28 Kumbang Moncong Jenis Baru Ditemukan di Sulawesi
Setelah melakukan kesepakatan dengan tetua dan masyarakat adat, tim peneliti ini diizinkan untuk mengambil sperma kerbau belang yang telah dikorbankan dalam upacara dan diambil dari saluran epididymis.
"Walaupun kerbau sudah mati, sperma masih dapat hidup dan bertahan di saluran epididymis selama beberapa saat," sebutnya.
Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh peneliti untuk mengambil materi genetiknya. Selanjutnya, dianalisa runutan basa gennya untuk mengetahui basis genetik apa sebenarnya yang menyebabkan kerbau ini memiliki pola warna yang sangat khas.
Ronny menjelaskan sperma ini selanjutnya dibekukan menggunakan nitrogen cair sebelum dianalisa lebih lanjut. Karena jumlah sperma kerbau belang ini relatif sedikit, maka tim peneliti juga mengembangkan dan menggunakan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection.
"Sehingga jumlah sperma yang sangat sedikit ini dapat digunakan dengan baik untuk melakukan inseminasi buatan," kata dia.