Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi sederet inovasi tersebut saat menjadi pembicara kunci pada Kupas Tuntas GeNose, Ventilator, Rapid Test RI-GHA, dan VTM produksi UGM secara daring, Minggu, 31 Januari 2021. Terlebih, inovasi alat kesehatan UGM berbiaya ekonomis dan memberikan rasa aman sekaligus nyaman bagi masyarakat.
"Terutama untuk aktivitas-aktivitas perekonomian yang padat seperti pasar, pusat perbelanjaan dan tempat-tempat wisata guna mendorong booting ekonomi di masyarakat dan berharap perlahan ekonomi Indonesia bertahap tumbuh kembali," ujar Airlangga mengutip siaran pers UGM, Selasa, 2 Februari 2021.
Baca: ITS Buat Setir Mobil Ramah Lingkungan, Dilengkapi Alarm Pendeteksi Ngantuk
Sebagai alumni, Airlangga merasa bangga atas semangat dan kerja keras sivitas akademika UGM dalam menghasilkan inovasi alat-alat kesehatan di masa pandemi covid-19. Berbagai produk yang dihasilkan merupakan produk-produk noninvansif yang harganya terjangkau dan bisa menjadi alat screening cepat dengan realibility yang tinggi, contohnya alat GeNose.
Airlangga menyebut pandemi covid-19 telah berdampak pada aspek kesehatan dan ekonomi. Puluhan juta orang terinfeksi dan jutaan orang meninggal dunia akibat wabah ini.
Relaksasi lockdown, menurutnya, berisiko meningkatkan kasus harian, terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Makanya, pemulihan ekonomi menjadi tantangan seiring dengan penanganan penyebaran covid-19.
Menurutnya, Indonesia berupaya menyeimbangkan penanganan kesehatan dan ekonomi. Indonesia berada dalam kelompok negara yang termasuk 'best possible situation', dalam arti, penanganan kesehatan dan ekonomi dapat berjalan beriringan.
"Tidak saling mengorbankan salah satunya dan ditandai dengan tingkat kematian yang terkendali dan kontraksi GDP Q3-2020 lalu yang tidak terlalu dalam," ungkapnya.
Senada, Ketua Umum PP Kagama sekaligus Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo juga memuji inovasi-inovasi UGM. Menurutnya, inovasi alat kesehatan untuk penanggulangan covid-19 karya peneliti UGM menunjukkan spirit ke UGM-an yang khas.
"Ini sangat khas banget menunjukkan orang Bulaksumur dengan dedikasi, kemanusiaan, tidak berbayar, tidak memikirkan keuntungan," ucap Ganjar.
Menurut dia, ada sejumlah pihak yang masih cari untung di tengah pandemi covid-19, misalnya ketika harga masker melambung di awal-awal pandemi. Kemudian, dahulu sewaktu ramai-ramai rapid test dan semua 'berjualan'.
"Nampaknya pandemi menjadi lahan bisnis baru, dan bahkan memunculkan epidemiolog dadakan, farmakolog dadakan, semua berbicara dan bisa membereskan semua ini," ujar Ganjar.
Baca: Pakar UGM: Virus Nipah Potensial Jadi Pandemi
Ganjar mengatakan, pandemi ini menjadi titik balik untuk melakukan lompatan. Misalnya, deteksi covid-19 lewat embusan napas melalui alat GeNose.
"Memang tidak akan menggantikan PCR tapi ini bisa menjadi revolusi besar untuk merespons pandemi ini dan menjadikan kita tidak bergantung pada luar negeri untuk menyelamatkan bangsa dan kemanusiaan," terang Ganjar.
Sementara itu, peneliti Rapid Test RI-GHA, Sofia Mubarika, menyatakan pada awal pandemi yang dibutuhkan adalah tes diagnostik. Ini jadi sesuatu yang harus segera dimiliki karena saat itu tidak memiliki tes diagnotik untuk covid-19.
"Makanya kemudian tim harus mengembangkan alat tes diagnostik yang cepat karena momentum waktu sangat penting, dan pada saat itu telah masuk alat dari luar negeri yang harganya sangat bervariasi," ujar Sofia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News