Inovasi bikinan Tim Fuchelia itu menggunakan teknik pirolisis untuk mendaur ulang limbah menjadi bahan bakar. Anggota tim, Immanuel Nathanael Lumban Gaol, menjelaskan seiring berkembangnya industri pertanian, saat ini bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama sejumlah petani.
Namun, ketersediaannya semakin menipis. Sehingga berdampak pada harga yang mahal.
“Dengan itu, perlu adanya bahan bakar ramah lingkungan, seperti bahan bakar hasil pirolisis limbah plastik,” tutur Immanuel dikutip dari laman its.ac.id, Kamis, 4 Mei 2023.
Tim yang melibatkan tujuh mahasiswa Departemen Kimia ITS ini merancang teknologi tepat guna dengan teknik pirolisis limbah. Alat yang dirancang merupakan teknologi untuk mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak yang tersusun atas beberapa bagian, yaitu reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk.
Nuel, sapaan karib Immanuel, memaparkan konsep pirolisis yang diterapkan timnya merupakan proses pemanasan bahan padat dalam keadaaan oksigen yang terbatas atau bahkan tanpa oksigen. “Alat yang kami kembangkan ini menggunakan plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai bahan baku dengan produk luarannya berupa minyak,” tutur dia.
Smart Reducer Gas Pyrolysis rancangan Tim Fuchelia ITS tersusun atas beberapa bagian, yaitu reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk untuk mengubah hasil daur ulang plastik menjadi bahan bakar
Sedangkan dari segi teknis, cara kerja Smart Reducer Gas Pyrolysis ini dimulai dengan memilah dan memisahkan sampah plastik yang akan dicacah sampai diperoleh ukuran terkecil. Dilanjutkan dengan proses pirolisis dengan memasukkan 5-10 kilogram plastik ke dalam reaktor dan dipanaskan menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
“Maka, plastik akan meleleh dan mengalami proses perengkahan menjadi hidrokarbon rantai yang lebih pendek,” papar dia.
Nuel mengatakan dengan panas yang ditambahkan terus-menerus dalam reaktor tersebut membuat lelehan plastik menguap. Uap hasil pemanasan akan dialirkan menuju kondensor untuk didinginkan, sehingga diperoleh cairan berupa minyak hasil.
“Minyak pirolisis ini yang dimanfaatkan untuk bahan bakar mesin diesel untuk menghidupkan alat-alat pertanian,” ungkap Nuel.
Nuel dan tim juga menambahkan zat aditif berupa minyak kayu putih ke dalam minyak pirolisis dengan target hasil minyak lebih jernih untuk mengurangi emisi karbon. Lalu, knalpot mesin diesel dengan penggunaan minyak pirolisis juga akan ditambahkan karbon aktif.
“Dengan demikian, di saat penggunaannya diesel tidak akan menimbulkan bau menyengat,” ujar dia.
Smart Reducer Gas Pyrolysis ini berhasil diaplikasikan langsung pada acara pengabdian masyarakat di Serang, Banten dengan tajuk Technology for Indonesia (TFI). Dari proses ini, peserta diharapkan dapat berinovasi dalam berbagai aspek industri pertanian di Indonesia, seperti energi, prapanen, dan pascapanen pertanian untuk menyelesaikan permasalahan di sekitar masyarakat.
Baca juga: Tim Nawasena ITS Sabet Juara Kompetisi Desain Feri Internasional di Amerika |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id