Agung mengungkapkan pengobatan untuk patah tulang lazim menggunakan material non-biodegradable, seperti stainless steel dan paduan titanium. Kedua jenis material ini kerap dipilih karena memiliki kekuatan mekanik, ketahanan terhadap korosi, dan tidak bereaksi terhadap jaringan tubuh.
“Namun, setelah tulang baru tumbuh maka memerlukan operasi pengangkatan implan yang dapat menghadirkan risiko lain,” papar mantan Kepala Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS Tahun 2019-2020 ini saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besar melalui siaran pers, Senin, 11 Desember 2023.
Agung mengatakan penggunaan implan yang dapat terdegradasi (biodegradable) dan terabsorbsi (bioabsorbable) menjadi alternatif untuk mencegah kemungkinan itu. Penggunaannya dapat sekaligus mempercepat proses penyembuhan karena menyuplai zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
“Paduan berbasis magnesium cocok digunakan karena zat tersebut juga dibutuhkan tulang, namun laju degradasinya terlalu cepat,” ungkap dia.
Dia menuturkan dampak dari degradasi tersebut dapat mengurangi sifat mekanik implan dalam menahan beban sebelum tumbuh tulang baru. Berdasarkan hal tersebut, Agung mengembangkan teknologi rekayasa permukaan untuk mengontrol laju degradasi material.
“Metode Plasma Electrolytic Oxidation (PEO) menciptakan lapisan pasif yang dapat mengurangi laju degradasi hingga lebih dari 90 persen dibandingkan tanpa adanya perlakuan,” ujar dia.
Lulusan doktoral dari TU Delft, Belanda ini juga meneliti penggunaan material komposit untuk biodegradable implan. Bahan ini lebih mudah untuk dimanufaktur serta dipadukan dengan zat-zat lain yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tulang.
“Mineral ataupun zat yang berguna untuk proses penyembuhan lebih mudah digabungkan ke dalam implan ketimbang paduan logam,” papar dia.
Agung mengatakan penelitian ini dilakukan untuk memodifikasi sifat kimia, fisik, dan mekanis dari material. Seperti upaya modifikasi lapisan permukaan dan interaksi antarpenyusun material.
“Daya lekat material komposit dapat diperkuat dengan menambahkan senyawa 3-aminopropyltriethoxysilane (APTES), sehingga meningkatkan sifat mekanik dan umur pakainya,” ujar Kepala Subdirektorat Riset dan Publikasi Ilmiah, Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS ini.
Agung juga terjun dalam berbagai penelitian lain. Dia turut memberikan kontribusi dalam dunia kesehatan lewat penelitian pelapisan antimikrobial atau antivirus.
Penelitiannya menggunakan sintesis nano tembaga sebagai zat aktif yang dicampurkan dengan pelapis organik. “Telah terbukti secara saintifik bahwa pelapis ini dapat membunuh virus SAR COV-2 hingga 99 persen dalam waktu satu jam,” jelas dia.
Penelitian yang telah masuk ke dalam jurnal Q1 terindeks scopus ini juga telah diaplikasikan di fasilitas-fasilitas umum terutama pada saat masa pandemi covid-19. Beberapa di antaranya Rumah Sakit Umum Airlangga (RSUA), Medical Center ITS, Satu Atap Co-Working, hingga Bus Listrik G20.
Agung berharap produk penelitian sivitas akademika ITS dapat disambut oleh stakeholder maupun peneliti lain untuk dikembangkan. Dia juga berharap penggunaan teknologi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan pada fasilitas-fasilitas di kampus ITS.
“Akan membanggakan bila sistem portal hingga pengolahan limbah bisa berasal dari karya tangan-tangan sivitas ITS,” harap dia.
Baca juga: Profesor ITS Dorong Integrasi Teknologi AI pada Pengembangan Motor Listrik |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News