Kit Saliva. Foto: Dok Antara.
Kit Saliva. Foto: Dok Antara.

Tentang RT Lamp Saliva, Alat Deteksi Covid-19 Menggunakan Air Liur

Antara • 13 April 2021 14:37
Jakarta: Indonesia menciptakan inovasi alat tes cepat covid-19 berbasis air liur, yakni RT Lamp Saliva. Inovasi ini disebut membuat upaya mendeteksi covid-19 menjadi lebih mudah dan tidak memberikan rasa sakit.
 
Dalam sebuah webinar, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia perlu mencari cara untuk bisa meningkatkan testing untuk 270 juta penduduk indonesia yang tersebar di berbagai pulau. RT Lamp Saliva bisa menjadi satu alternatif untuk mempercepat testing tersebut.
 
RT Lamp Saliva memiliki keunggulan yakni nyaman dan praktis digunakan. Selain itu, memiliki akurasi tinggi, hasil yang cepat diperoleh, dan ekonomis.

Baca: Agar Optimal, Perhatikan Syarat Menggunakan GeNose Saat Puasa
 
RT Lamp Saliva merupakan hasil pengembangan dalam negeri unit riset dan pengembangan PT Kalbe Farma, yaitu Stem CelI and Cancer Institute (SCI) dan telah melalui uji performa analitik dan klinis di dalam negeri. Alat itu memiliki sensitivitas 94 persen dan spesifitas 98 persen.
 
Dengan RT Lamp Saliva, hasil tes covid-19 dapat diperoleh secara cepat yakni dalam kurun sekitar 1,5 jam. Perangkat tes diagnostik itu juga akan membuat pelacakan (tracing) dan pengujian (testing) dapat menjangkau masyarakat di daerah yang minim infrastruktur laboratorium pemeriksaan covid-19.
 
RT Lamp merupakan tes molekuler yang masuk kategori Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) bersama RT-PCR dan TCM berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/446/2021.
 
 

IVD Division Research Manager di Stem Cell and Cancer Institute PT Kalbe Farma Tbk, Akterono Dwi Budiyati mengatakan, dalam pengujian untuk deteksi virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19 dengan gold standar berbasis RT-PCR, salah satu tantangannya adalah pada saat pengambilan sampel yang tidak nyaman yakni swab pada nasofaring. Selain itu, metode ini memiliki risiko penularan terhadap tenaga kesehatan saat pengambilan sampel.
 
Pengerjaan tes dengan RT-PCR cukup panjang dan kompleks. Selain itu, membutuhkan laboratorium dan mesin khusus, serta durasi tes bisa sekitar 2-3 hari dan harga yang dibanderol untuk tes itu relatif mahal.
 
Sementara, untuk memperluas dan mempercepat tes deteksi SARS-CoV-2, diperlukan terobosan dalam penyederhanaan proses koleksi spesimen dan alur pengerjaan tes.
 
Baca: Iqropolly Konsep Baru Ala Mahasiswa IPB Sabet Emas di Rusia
 
Pengambilan saliva, bersifat non invasif sehingga nyaman, dan secara ilmiah saliva bersifat stabil. Dengan begitu, hanya memerlukan tabung steril untuk penyimpanan dan pengiriman spesimen. Kemudian, karena pengambilan spesimen air liur dilakukan mandiri dengan 'membuang' ludah pada tabung steril maka risiko penularan menjadi minimal.
 
Di negara lain, saliva juga telah menjadi pilihan sebagai sumber spesimen yang diperlukan dalam tes deteksi SARS-CoV-2, salah satunya di Amerika Serikat melalui persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan setempat. Selain itu, terjadi penyederhanaan proses pengerjaan tes, yakni deteksi virus berbasis molekuler dengan menggunakan teknologi reverse transcription loop-mediated isothermal amplification (RT Lamp).
 
Akterono Dwi Budiyati menambahkan, teknologi RT Lamp juga telah digunakan di berbagai belahan dunia sebagai metode deteksi pada kasus infeksi lainnya seperti virus penyebab MERS-1, malaria dan TBC. RT Lamp Saliva juga berdampak pada harga tes yang menjadi ekonomis karena biaya yang dibutuhkan menjadi berkurang dengan tidak harus menggunakan laboratorium spesifik dan mesin khusus seperti pada RT-PCR.
 
 

Komponen reaksi RT Lamp sama dengan komponen reaksi RT-PCR yaitu memerlukan enzim DNA polimerase dan primer. Khusus untuk RT LAMP Saliva, enzim yang digunakan adalah enzim Bacillus Stearothermophilus atau BST yang memiliki kemampuan membuka untaian double helix DNA sekaligus melakukan aktivitas polimerase pada satu suhu saja, yang pada RT-PCR membutuhkan tiga macam suhu.
 
Desain primer pada RT Lamp Saliva bersifat unik karena bisa membentuk amplikon yang memiliki struktur loop sehingga perbanyakannya akan menjadi eksponensial. Hal ini berimplikasi kepada sensitivitas yang setara dengan RT-PCR.
 
Kelebihan lain dari RT LAMP yakni deteksi dapat dilakukan berdasarkan perubahan PH, yang dapat menggunakan warna sebagai indikatornya. Sehingga, lebih sederhana.
 
Baca: Guru Besar UI Teliti Pelarut Hijau untuk Ekstraksi Senyawa Bioaktif Tumbuhan

Cara kerja RT Lamp

Alat RT Lamp Saliva tersebut dikenal dengan nama merk Elva Diagnostic SARS-CoV-2 Saliva Nucleic Acid Test Kit. 
 
Alur kerja dari Elva terdiri dari lima tahap sederhana yang diawali dengan pengambilan sampel saliva. Kemudian, diikuti dengan pemrosesan dari saliva itu sendiri yang meliputi heat inaktivasi pada suhu 65 derajat Celsius selama 15 menit. 
 
Dilanjutkan dengan tahap pretreatment sampel selama 20 menit pada suhu 95 derajat Celsius, dan dengan reaksi RT Lamp pada suhu 65 derajat Celsius selama 35 menit.
 
 

Interpretasi hasilnya, hanya dengan melihat perubahan warna yang terjadi di dalam tabung reaksi. Bila positif, akan berubah dari pink menjadi kuning. Interpretasi hasil itu juga bisa dilakukan menggunakan apps yang bisa diunduh secara gratis di Playstore, yang bernama Color Grab.
 
Guna performa kitnya, memiliki batas deteksi (limit of detection) sebesar 28.000 copies per mililiter, dan batas deteksi itu sangat sensitif untuk mendeteksi jumlah minimum viral copies yang dibutuhkan untuk menginfeksi sel kultur yaitu sebesar 100.000 sampai satu juta copies per mililiter.
 
Pada performa klinisnya, alat tes itu memiliki sensitivitas sebesar 94 persen dan spesifisitas sebesar 98 persen. Hasil itu diperoleh setelah diuji terhadap pasangan sampel air liur dan swab nasofaring dari individu terduga covid-19, baik asimtomatik maupun simptomatik.
 
Baca: Pengamat Menilai Peleburan Kemenristek dan Kemendikbud Langkah Tepat
 
Air liur diuji dengan teknologi RT Lamp. Sementara, swab nasofaring diuji dengan RT PCR untuk kemudian dibandingkan hasilnya.
 
Alat tes diagnostik covid-19 berbasis air liur ini diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan tes. Sebab, tidak meninggalkan rasa sakit serta dapat meningkatkan upaya deteksi covid-19 di tengah masyarakat.
 
Dengan semakin cepatnya pengujian yang memiliki akurasi tinggi dilakukan, maka akan membuat identifikasi kasus positif covid-19 semakin mudah dan cepat sehingga bisa dilakukan pengendalian kasus dengan lebih baik melalui pelacakan kontak dan pengobatan yang segera.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan