Anang dan timnya dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya berhasil melakukan riset yang menghasilkan alat mutakhir bernama Vacuum Cooler 4 in 1.
Peralatan ini mampu meminimalisir penggunaan panas pada pengolahan madu dengan mengintegrasikan empat proses. Yaitu pasteurisasi, penghilangan buih, evaporasi, dan pendinginan cepat (vacuum cooler).
Madu adalah cairan yang banyak mengandung zat gula pada sarang lebah atau bunga memiliki segudang manfaat bagi kesehatan. Madu mengandung zat yang bersifat antioksidan, antiradang, dan antibakteri, serta beragam kandungan nutrisi lainnya yang baik untuk kesehatan tubuh.
Tidak heran apabila madu telah dimanfaatkan sebagai sarana pengobatan tradisional maupun alternatif hingga saat ini. Ketika pandemi Covid-19 melanda, konsumsi madu di Indonesia meningkat pesat di hampir semua wilayah.
Perannya sebagai produk pangan fungsional sebagai penambah daya tahan tubuh maupun fase pemulihan menjadi incaran banyak orang. Umumnya pengolahan madu hingga layak dikemas melalui proses yang relatif lama hingga lebih dari empat jam.
Dengan alat temuan Anang ini, pengolahan madu hanya butuh waktu sekitar 20 menitan saja dan produk siap dikemas untuk dijual maupun disantap. Teknologi unggulan yang dipakai pada alat ini tidak lain ada pada sistem vacuum cooling yang berbasis jet air.
Dengan mekanisme ini, suhu madu bisa diturunkan dari 70 menjadi 35 derajat celcius dengan waktu yang sangat cepat yaitu 2 sampai 3 menit saja. Cepatnya proses pendinginan sekaligus dapat mengurangi risiko kerusakan enzim dan sifat asli madu dibanding proses pengolahan konvensional.
Sistem jet air sendiri adalah temuan lama dari Anang sejak pertama kali menelitinya pada tahun 1995 silam dan terus mengalami pembaruan hingga bisa diaplikasikan ke mesin pengolah madu.
“Selama proses pendinginan yang mendadak atau vacuum cooling, maka terjadi thermal shock pada mikroba penyebab kerusakan pada madu. Sehingga vacuum cooling sekaligus berfungsi untuk mengurangi cemaran ataupun mikroba yang masih ada di dalam madu setelah proses pasteurisasi atau evaporasi sebelumnya” ujar dosen Departemen Teknik Biosistem, FTP UB ini.
Kemampuan unggulan berikutnya yang bisa dilakukan oleh Vacuum Cooler 4 in 1 ini adalah dapat mengubah madu cair menjadi bubuk atau honey butter. Selama ini keberadaan madu bubuk memang telah banyak beredar di masyarakat.
Namun dengan temuan alat pengolahan madu dari awal hingga menjadi bubuk inilah akan mendapatkan hasil dan kualitas madu yang diklaim bisa jauh lebih baik.
Pertama di Indonesia
Vacuum Cooler 4 in 1 berawal dari proposal riset yang diajukan oleh Anang beserta timnya dari LPPM UB dan akhirnya berhasil mendapat pendanaan melalui program Riset Inovatif Produktif (RISPRO) di LPDP. Penelitian dan pendanaan dimulai dari tahun 2019 selama 3,5 tahun dan berakhir di tahun 2023.
Tim dituntut untuk bisa menghasilkan produk luaran seperti yang telah dijanjikan pada proposal penelitian sekaligus mampu menggandeng mitra untuk komersialisasi dan pengaplikasian alat lapangan.
Pada tahun pertama riset berfokus pada humidifikasi alias pengurangan kadar air pada madu cair dan juga proses evaporasi. Keduanya menghasilkan prototipe prinsip kerja alat vacuum cooler yang diaplikasikan pada tahun riset kedua untuk membuat peralatan teknis dan saling terintegrasi.
“Prototipe tadi dipakai untuk merancang proses yang terintegrasi yaitu proses pasteurisasi, lalu proses evaporasi dan proses pendinginan dalam satu rangkaian alat sehingga menghemat tenaga, tempat, waktu, serta biaya.” terang Anang dikutip dari laman LPDP.
Sampai pada fokus tahun ketiga atau tahun terakhir pendanaan RISPRO LPDP adalah proses pengolahan madu sampai menjadi madu bubuk yang menggunakan pengering vakum dengan rotari atau nampan berputar.
Riset alat vacuum cooler 4 in 1 ini diklaim sebagai yang pertama di Indonesia dalam sepengetahuan Anang. Pasalnya, alat ini mampu mengerjakan dua luaran sekaligus dalam rangkaian pengolahan madu mentah maupun yang ingin dijadikan sebagai madu bubuk.
Pun juga bisa mendapatkan manfaat pengolahan madu dari masing-masing rangkaian alat yang dimiliki menyesuaikan dengan kebutuhan. “Kedua luaran tadi menurut analisis saya akan berdampak luas pada industri olahan madu di tingkat akar rumput,” ujar Anang.
Apabila mencari vacuum cooler di mesin pencari Google atau marketplace misalnya, saat ini belum ditemukan alat serupa. Alat vacuum cooler madu sejauh ini bisa didapat dengan cara impor dengan harga yang tentunya masih tergolong tinggi untuk dijangkau oleh industri rumahan dan menengah.
Produk madu bubuk sendiri memang telah ada di Indonesia sebelum riset ini dimulai. Sayangnya, porsi madunya menurut sejumlah penelitian diklaim masih rendah.
Oleh karena itu penemu berharap bahwa produknya ini dapat diterima di pasaran dan bisa terkomersialisasi dengan baik di masa mendatang. Anang berharap produknya juga bisa menjadi prototipe untuk diaplikasikan ke produk selain madu.
Siap Dijual
PT Brawijaya Smart Industry (PT BSI) ditunjuk menjadi mitra riset untuk pembuatan dan komersialisasi alat vacuum cooler madu ini. Tepatnya pada tahun ketiga penelitian, PT BSI masuk dan resmi menangani proses produksi dan komersialisasi hasil riset.
Startup ini bergerak di bidang fabrikasi alat mesin pengolahan makanan seperti vacuum frying, spinner, evaporator madu, dan lain sebagainya.
CEO (Chief Executive Officer) dari PT BSI, Sasongko Aji Wibowo melihat produk penelitian ini memiliki potensi komersialisasi karena sejumlah produk dan kegunaan belum ada di pasaran.
“Manfaat teknologi ini saya rasa sangat banyak sekali ya. Khususnya, pertama pada bidang pendidikan atau edukasi. Banyak kampus di Indonesia ini belum memiliki teknologi vacuum cooling skala lab. Ada juga oven vacuum yang juga belum banyak. Ini menjadi peluang pasar kami untuk melakukan penjualan atau mengisi kebutuhan alat tersebut untuk dikomersialisasikan," ungkapnya.
Harga peralatan yang diproduksi PT BSI ini bervariasi. Mulai dari 10 juta untuk alat dehumidifier, 20 juta untuk alat vacuum cooling skala lab, 50 juta untuk oven vacuum skala lab, vacuum cooling skala mini plant di harga 750 juta dan pengerjaan custom lainnya untuk kapasitas yang lebih besar.
Produk peralatan pembuat madu bubuk sementara saat ini bisa dijumpai dan dibeli melalui laman e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) maupun di e-commerce. PT BSI juga siap melayani permintaan pemesanan alat pembuat madu bubuk secara custom, baik terpisah maupun satu paket keseluruhan.
Penelitian vacuum cooler 4 in 1 ini telah melibatkan kolaborasi tiga kampus sekaligus yaitu Universitas Brawijaya, Universitas Mataram, dan Universitas Pattimura dengan dua mitra yang ditunjuk yaitu PT BSI dan PT Madu Kembang Joyo. Adapun total pendanaan riset dari RISPRO LPDP yang digunakan adalah sebesar 4,5 miliar rupiah.
Tak lupa Anang selaku ketua tim riset mengucapkan terima kasih kepada RISPRO LPDP yang melalui #UangKita telah mendukung kemajuan riset nasional untuk rakyat Indonesia.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada RISPRO LPDP yang telah mendanai, mendampingi, dan memberikan arahan sehingga riset kami berjalan harapannya sesuai dengan program yang telah dicanangkan. Selain itu, kami berharap hasil yang telah kami dapatkan melalui RISPRO LPDP ini bisa dimanfaatkan di masyarakat luas, tidak hanya permaduan saja tapi untuk bidang-bidang proses atau pengolahan produk cair menjadi bubuk” pungkas Anang.
Baca juga: Profesor ITS Gagas Metode Heat Treatment untuk Kendalikan Bio-Korosi pada Bangunan Laut |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id