Anggota Tim Pengembang Instrumented Railway Vibration (IRV), Giovani Ega mengatakan, tim ini melibatkan beberapa anggota utama, yakni Irfan Bahiuddin, Addin Suwastono, Herjuno Rizki, dan dirinya sendiri.
Giovani mengaku tertarik pada penelitian kereta api, salah satunya karena menyadari nadi transportasi di Indonesia untuk saat ini berada di kereta api. Bahkan kereta api telah membuktikan dirinya menjadi alat transportasi yang belum tergantikan dari zaman-ke zaman.
"Karena Indonesia nadinya memang ada di situ. Jadi transportasi yang paling mungkin tidak bisa tergantikan itu kereta api. Sudah dari sejak zaman Jepang sampai sekarang dia tetap ada dan memiliki posisi sendiri," kata Giovani ditemui saat Higher Education Partnerships Conference (HEPCON) 2024 beberapa waktu lalu.
Secara sederhana, ketika segala sesuatu bergerak, maka kerusakan saat bergerak tersebut dapat dideteksi getarannya. "Nah kami mencoba untuk mengembangkan alat yang diletakkan di kereta api untuk mendeteksi kerusakan yang ada di relnya," ujarnya.
Giovani menganalogikan, layaknya berkendara dengan motor atau mobil yang melaju di atas polisi tidur dan menimbulkan getaran. "Nah, konsep sederhananya seperti itu," terang alumnus Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM ini.
Secara jangka panjang, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk megumpulkan data-data untuk dapat memprediksi kapan rel kereta harus diganti ataupun masih layak digunakan. "Ini bertujuan untuk keselamatan dan kenyamanan penumpang.
Secara teknis, alat ini diletakkan di bogie kereta api. Melansir laman INKA, Bogie merupakan sistem kesatuan roda pada Kereta Api, baik di kereta berpenggerak maupun kereta non penggerak. Bogie pada umumnya dipakai untuk roda yang jumlahnya lebih dari 2 gandar (As) dalam satu kereta.
Bogie adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua perangkat roda atau lebih yang digabungkan oleh rangka yang dilengkapi dengan sistem pemegasan, pengereman, dengan atau tanpa peralatan penggerak dan anti selip, serta keseluruhan berfungsi sebagai pendukung rangka dasar dari badan kereta. Bogie dapat di lepas dan dipasangkan kembali jika sedang dilakukan perawatan.
Alat ini mampu mengumpulkan dan merekam data getaran juga suara serta lokasinya. "Karena ada GPS-nya juga, jadi kita bisa langsung tahu ada kerusakan apa di lokasi mana.

Salah satu bagian dari alat Instrumented Railway Vibration. Foto: Medcom/Citra Larasati
Secara umum, IRV ini cukup diletakkan di satu gerbong saja. Namun dalam beberapa kasus, dapat juga diletakkan di setiap gerbong, untuk kegunaan mengecek kerusakan yang terjadi pada gerbong kereta.
"Tapi apabila ingin untuk memonitor gerbong itu sendiri, itu bisa diletakkan di setiap gerbong. Jadi ada beberapa kasus gerbong itu rodanya benjol. Atau bearing-nya itu patah. Nah, ini sebenarnya juga bisa mendeteksi getaran dari hasil kerusakan di gerbong itu sendiri. Selain tadi itu ada bearing failure," bebernya.
Giovani menceritakan, penelitian ini berangkat dari bearing analysis kereta api batu bara di Sumatra pada tahun 2020. Saat itu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengajak SV UGM untuk melakukan investigasi bersama.
"Jadi memang diajak ke sana untuk melakukan investigasi. Aaat itu banyak terjadi bearing yang rusak. Namun kita tidak tahu ini kok banyak yang rusak disebabkan karena apa? Apakah karena rel keretanya atau karena mungkin kelebihan muatan? Akhirnya kami berpikir bagaimana kalau kita bikin alat monitoring untuk mengetahui kondisi rel maupun kondisi dari performa kereta itu ketika berjalan," jelas Giovani.

Monitor pemantau IRV. Foto: Medcom/Citra Larasati
Pada 2020, tim sudah mulai melakukan prototyping. "Kami lakukan pengujian di lab kami sendiri. Kemudian setelah itu berjalan kami lakukan pengujian di Lintas Jawa juga sebelum ke Sumatra. Kemudian kami juga lakukan kalibrasi untuk sensor getarannya, dan akhirnya ini sekarang sudah di fase keempat," ujarnya.
Dengan kata lain, sejak tahun 2020 IRV sudah melakukan 4 kali pengembangan. Jadi, kata Giovani, IRV sudah dapat dipakai untuk kereta api penumpang.
Bahkan pengembangan untuk kereta api listrik sudah dilakukan mulai September ini. "Kami juga baru menjalin kerja sama dengan LRT. Karena LRT juga mengalami masalah yang hampir mirip dengan kereta biasa. Yaitu banyak terjadi kerusakan di keretanya, di keretanya. Nah kerusakan itu kan belum tahu nih apakah memang keretanya atau jalannya. Nah akhirnya paling cepat bulan depan kami akan pasang ini di LRT," kata Giovani.
Menurut Giovani, IRV fase keempat dan lanjutannya ini akan dihilirisasi ke sebuah startup bernama Inovasi Era Mandiri Teknologi.
Baca juga: Terapi Forest Healing Unpad untuk Redakan Stres Dibuka untuk Mahasiswa Umum |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News