Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa GeNose C19 bukan alat diagnosa covid-19, melainkan alat screening. Bambang mengatakan GeNose C19 berbeda dengan alat tes cepat lain karena tidak perlu mengambil sampel darah atau melakukan swab, melainkan melalui embusan napas.
"Tingkat akurasi tinggi. GeNose C19 sifatnya menganalisa senyawa dalam embusan napas, di mana senyawa orang yang terkena covid-19 berbeda dengan orang yang tidak terkena covid-19," jelas Bambang.
Baca: Jalan Panjang Menguji Efektivitas Vaksin Covid-19
Dia mengatakan GeNose C19 adalah alat yang bersifat artificial intellligence atau memiliki kecerdasan buatan. Artinya, semakin lama digunakan, alat ini akan memiliki tingkat akurasi semakin baik.
"Untuk saat ini kami hibahkan satu unit GeNose C19 untuk mengantisipasi penyebaran covid-19 di lingkungan Istana. Nantinya, kami juga akan mendorong berbagai pihak, terutama di pusat keramaian seperti bandara, stasiun kereta, terminal bus, kampus, pabrik, dan perkantoran untuk menggunakan alat ini," tutur Bambang.
Rektor UGM Panut Mulyono berharap GeNose C19 yang menjadi kontribusi UGM bisa masuk ke dalam ekosistem penanggulangan covid-19 di Indonesia. Nantinya, kata Panut, GeNose C19 yang telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020 ini bisa menjadi fungsi diagnostik karena berbiaya murah, memberikan hasil secara cepat, dan bisa dioperasikan tenaga terampil non medis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News