Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

BMKG Sebut Indonesia Berpotensi El Nino, Ini Indikatornya

Citra Larasati • 23 Mei 2023 19:00
Jakarta:  Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan, Indonesia berpotensi mengalami peristiwa El Nino. Kejadian El Nino di Indonesia akan menyebabkan kemarau berkepanjangan, penurunan jumlah curah hujan dan hari hujan, serta peningkatan temperatur udara.
 
Menyikapi hal tersebut, Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik (DKSRA) IPB University bekerja sama dengan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orwilsus Bogor menyelenggarakan The 39th Strategic Talks dengan judul ‘Peluang Kejadian El Nino, Langkah Antisipasi dan Inovasi Teknologi untuk Mengurangi Dampaknya’ (25/5) secara daring.
 
“Topik diskusi kali ini tergolong aktual karena Indonesia diprediksi akan menghadapi El Nino sehingga membutuhkan kajian mendalam sebagai langkah antisipasi untuk mengurangi dampaknya,” ujar Direktur KSRA IPB University, Anuraga Jayanegara, Selasa, 23 Mei 2023.

Dalam sambutannya, Wakil Ketua Bidang IPTEKS ICMI Orwilsus Bogor, Heti Mulyati juga menyatakan, diskusi ini bertujuan untuk menghimpun pemikiran para ahli untuk membangun gagasan strategi antisipasi dan meluncurkan inovasi teknologi terhadap pengurangan dampak bencana iklim.

Indikator Kemunculan El Nino

Salah satu narasumber, Dr Supari, Tim Analisis Variabilitas Iklim, Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG mengungkapkan, indikator kemunculan El Nino di Indonesia sudah terlihat. Indikator-indikator tersebut di antaranya nilai indeks suhu muka laut (SML) Nino 3.4 mulai meningkat.
 
Hal itu mengindikasikan SML di wilayah Pasifik bagian timur sudah di atas normal dan di bagian tengah juga mulai menghangat. “Indikator lainnya adalah perpindahan air panas sudah terlihat nyata melalui Oceanic Kelvin Wave, serta telah terjadi dua kali Westerly Wind Burst sepanjang Maret dan April 2023,” imbuhnya.
 
Diprediksikan, intensitas El Nino yang terjadi di Indonesia pada tahun 2023 ini berada pada level moderate. “Pada Agustus hingga Oktober 2023, wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan Barat dan Timur, Nusa Tenggara Timur dan sebagian Sulawesi akan mengalami curah hujan lebih rendah dibanding biasanya,” jelas Supari.
 
Narasumber lainnya, Dr Haris Syahbuddin sebagai Sekretaris Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), Kementerian Pertanian (Kementan) RI menjelaskan, pihaknya tengah menyiapkan strategi antisipasi sesuai dengan kategorisasi daerah terdampak El Nino. Daerah dalam kategori hijau akan dilakukan pemantauan informasi curah hujan dari BMKG dan menerapkan jadwal tanam yang tepat serta minimum risiko.
 
“Selanjutnya, daerah kategori kuning akan diimbau untuk memanfaatkan infrastruktur panen air yang tepat, varietas padi yang lebih adaptif, melakukan monitoring dan pengawalan, serta antisipasi shortage ketersediaan air. Adapun daerah kategori merah tidak akan disarankan untuk menanam padi sehingga akan dicanangkan diversifikasi pangan seperti umbi, sorgum, sagu dan lainnya,” tambahnya.

Inovasi untuk Kurangi Dampak El Nino

Sementara itu, Guru Besar IPB University, Imas Sitanggang dari Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mengulas inovasi-inovasi yang telah disiapkan untuk membantu mengurangi dampak El Nino. Berkaca pada tahun 2015, Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang cukup hebat ketika dalam fase El Nino sehingga saat ini dibutuhkan inovasi untuk mencegah terjadinya karhutla.
 
Menurutnya, Sistem Informasi Patroli Pencegahan (SIPP) Karhutla menjadi salah satu langkah inovatif yang digunakan sebagai basis data patroli pencegahan karhutla. Terdapat juga model prediksi temporal untuk groundwater level di lahan gambut yang menggunakan Long Short-Term Memory (LSTM).
 
Selain itu, terdapat website SiPongi yang dapat digunakan sebagai daily monitoring system karhutla.  “Real time monitoring system dan data analytics ini menjadi salah satu solusi dalam membangun early warning system karhutla sehingga dampak negatif yang dihasilkan dapat diminimalkan,” jelasnya.
 
Asisten Direktur Bidang Kajian Strategis, DKSRA IPB University, Alfian Helmi sebagai moderator diskusi ini menegaskan, upaya antisipasi dan pengembangan inovasi untuk menghadapi El Nino yang terjadi di Indonesia perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai aktor secara kolaboratif. 
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Baca juga:  Psikolog UGM Sebut Fatherless Tingkatkan Risiko Psikopatologi pada Anak, Apa Itu?

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan