"Sebuah sub-analisis dari percobaan COV001 dan COV002 yang dipimpin Oxford dengan Vaksin covid-19 AstraZeneca memberikan respons imun yang kuat setelah interval dosis kedua yang diperpanjang hingga 45 pekan atau setelah dosis penguat ketiga," demikian pernyataan tertulis perusahaan AstraZeneca yang diterima di Jakarta, Rabu, 30 Juni 2021
Percobaan COV001 adalah uji coba Fase I/II yang tersamar-tunggal, acak, dan terkontrol yang menilai keamanan, imunogenisitas, dan kemanjuran vaksin pada 1.077 orang dewasa sehat di lima pusat uji coba di Inggris. Sementara percobaan COV002 adalah uji coba Fase II/III tersamar tunggal, multicentre, acak, terkontrol yang menilai keamanan, kemanjuran, dan imunogenisitas vaksin pada 12.390 peserta di Inggris.
Berdasarkan hasil yang diterbitkan oleh University of Oxford di server pre-print The Lancet, perusahaan menyebut bahwa level antibodi tetap tinggi dibandingkan sebelumnya. Ini selama satu tahun setelah dosis pertama disuntikkan.
Dalam keterangan itu, disebutkan interval yang diperpanjang antara dosis pertama dan kedua vaksin covid-19 AstraZeneca hingga 45 pekan. Hal ini menghasilkan peningkatan respons antibodi hingga 18 kali lipat, diukur 28 hari setelah dosis kedua.
Dengan interval pemberian dosis 45 pekan antara dosis pertama dan kedua, titer antibodi empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan interval 12 pekan. Hal itu menunjukkan bahwa interval pemberian dosis yang lebih lama tidak mengurangi efektivitas vaksin, justru dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat.
Baca juga: Unhan Gandeng Banyak Pihak Teliti Ivermectin
Selain itu, dosis ketiga vaksin covid-19 AstraZeneca yang diberikan setidaknya enam bulan setelah dosis kedua, meningkatkan tingkat antibodi enam kali lipat dan mempertahankan respons sel T.
Dosis ketiga juga menghasilkan aktivitas penetralan yang lebih tinggi terhadap varian Alpha (B117, 'Kent'), Beta (B1351, 'Afrika Selatan') dan Delta (B1617.2, 'India').
Terhadap dosis kedua yang diperpanjang intervalnya dan dosis ketiga Vaksin covid-19 AstraZeneca kurang reaktogenik dibandingkan dengan dosis pertama.
Chief Investigator and Director Oxford Vaccine Group di Universitas Oxford, Andrew J Pollard mengatakan, laporan tersebut merupakan berita baik bagi negara-negara dengan persediaan vaksin terbatas yang mungkin khawatir terhadap keterlambatan pemberian dosis kedua vaksin di negara mereka.
"Terdapat respons yang sangat baik untuk dosis kedua, bahkan setelah penundaan 10 bulan dari dosis pertama,” katanya.
Executive Vice President BioPharmaceuticals R&D, Mene Pangalos mengatakan penting bagi pihaknya untuk menunjukkan bahwa vaksin yang mereka produksi menghasilkan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama untuk meningkatkan keyakinan mengenai perlindungan jangka panjang.
"Kami berharap dapat terus bermitra dengan Universitas Oxford dan merekomendasikan badan-badan di seluruh dunia untuk mengevaluasi lebih lanjut dampak dari data-data ini," katanya.
Vaksin untuk Indonesia
Dalam upaya mendukung vaksinasi di Tanah Air, Media Group bersama Slank menggelorakan kampanye sosial bertajuk "Vaksin untuk Indonesia". Kampanye ini adalah upaya untuk bersama-sama bangkit dari pandemi dan memupuk optimisme menuju normal baru dengan terus menjaga kesehatan fisik dan mental.
Vaksin dalam tajuk ini bukan saja berarti "obat" atau "anti-virus", tetapi juga upaya untuk menguatkan kembali mental dan spirit kita di tengah kesulitan akibat pandemi.
"Slank dan Media Group bikin gerakan yang bertema 'Vaksin untuk Indonesia'. Berharap lewat musik dan dialog, acara ini bisa menyemangati dampak pandemi yang mengenai kehidupan kita, supaya tetap semangat. Kita hibur supaya senang, supaya imun kita naik juga. Mengajak masyarakat untuk jangan takut untuk divaksin. Ini salah satu solusi untuk lepas dari pandemi," terang drummer Slank, Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim.
Program "Vaksin untuk Indonesia" tayang di Metro TV setiap hari Jumat, pukul 20:05 WIB. Dalam tayangan ini, Slank bukan saja menyuguhkan musik semata, tetapi juga menampilkan perjalanan ke sejumlah tempat dan berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai latar belakang sosial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News