Cewek Rambut Pink Senyum. (Wayhomestudio/Freepik)
Cewek Rambut Pink Senyum. (Wayhomestudio/Freepik)

Senyum itu Menular ke Orang Lain, Ini Penjelasan Sains

Riza Aslam Khaeron • 21 September 2024 19:57
Jakarta: Senyuman sering kali dianggap sebagai isyarat sosial yang kuat. Kita mungkin pernah melihat seseorang tersenyum, dan secara tidak sadar kita ikut tersenyum. Hal ini dikenal sebagai "penularan emosi," dan ternyata, ini bukan hanya fenomena psikologis, 
 
Para peneliti dari Psychiatry Research Neuromaging pada tahun 2002 telah meneliti penyebab senyum menular menggunakan Pencitraan Resonansi Magnetik Fungsional (fMRI) atau pemindaian yang menunjukkan aktivitas di area tertentu di otak.
 
Yuk simak penjelasan mereka, mengapa senyum menular.
 

1. Mekanisme Penularan Emosi


Penularan emosi, termasuk senyuman, merupakan hasil dari mekanisme di otak yang disebut dengan “mimikri primitif.” Mimikri ini terjadi secara otomatis dan tidak disadari oleh kita.

Ketika kita melihat seseorang tersenyum, otak kita secara otomatis mengaktifkan area-area yang bertanggung jawab atas gerakan wajah, sehingga kita merasa terdorong untuk tersenyum juga.
 
Penelitian menunjukkan bahwa ini melibatkan area limbik otak, seperti amigdala dan hippocampus, yang berperan dalam pengolahan emosi. Aktivasi di area ini meningkatkan kecenderungan kita untuk merespon senyuman dengan senyuman.
 

2. Aktivasi di Otak


Ketika kita melihat wajah seseorang yang tersenyum, area visual di otak kita merespon dengan cepat. Aktivasi terjadi di bagian otak yang disebut fusiform gyrus, yang berperan dalam mengenali wajah. Kemudian, sinyal tersebut bergerak ke daerah prefrontal cortex, yang terkait dengan pengolahan sosial dan emosional?.
 
Proses ini memicu apa yang dikenal sebagai “efek priming,” di mana otak kita siap untuk meniru senyuman yang kita lihat. Priming ini mempercepat waktu reaksi kita untuk tersenyum setelah melihat senyuman, yang menjelaskan mengapa senyuman begitu mudah menular.
 

3. Efek Senyuman yang Kongruen dan Tidak Kongruen


Dalam studi yang dilakukan, para peneliti menemukan bahwa ketika seseorang melihat senyuman dan meresponnya dengan gerakan mulut yang sama (misalnya tersenyum kembali), otak menunjukkan aktivasi yang lebih kuat di area motorik.
 
Sebaliknya, ketika seseorang merespon senyuman dengan ekspresi yang tidak sesuai (misalnya mengerutkan dahi), otak harus bekerja lebih keras, yang menyebabkan keterlambatan dalam reaksi?.
 
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa senyuman yang kongruen (sesuai dengan apa yang kita lihat) lebih mudah diproses oleh otak, sedangkan ekspresi yang tidak kongruen membutuhkan lebih banyak usaha dan aktivasi otak tambahan.
 

4. Dampak Terhadap Kesehatan Mental dan Sosial


 
Penularan senyuman tidak hanya berdampak pada kita secara individu tetapi juga pada hubungan sosial. Senyuman yang menular membantu membangun ikatan sosial yang lebih kuat, meningkatkan empati, dan memperbaiki suasana hati secara keseluruhan.
 
Ini juga menjadi dasar dari hubungan yang lebih baik antara individu dan dalam konteks terapi, membantu dalam proses penyembuhan pasien.
 
Bisa dilihat, penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa ketika kita melihat seseorang tersenyum, otak kita secara otomatis mengaktifkan area-area yang membuat kita ikut tersenyum, memperkuat ikatan sosial dan memberikan manfaat bagi kesehatan mental.
 
Baca Juga:
Yuk, Senyum! Rasa Bahagia Memperkuat Kekebalan Tubuh, Ini Penjelasannya
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WAN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan