Mahasiswa ITS Ciptakan alat bantu kurangi emisi karbondioksida. Foto: Dok Humas ITS.
Mahasiswa ITS Ciptakan alat bantu kurangi emisi karbondioksida. Foto: Dok Humas ITS.

Mahasiswa ITS Ciptakan Alat Bantu Kurangi Emisi Karbondioksida

Arga sumantri • 03 Maret 2021 15:03
Surabaya: Dua mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan teknologi membran anorganik berupa TiO2 dan Zeolit. Teknologi ini mengoptimalkan gas karbondioksia yang bertujuan mencegah pemanasan global.
 
Pencipta alat ini yaitu M Aldi Nugroho dan Yoga Bekti Susanto yang merupakan mahasiswa dari Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Industri ITS, Fakultas Vokasi ITS angkatan 2020. Mereka berhasil mengoptimalkan emisi gas karbondioksida pada steam reforming industri dalam membantu mengurangi emisi gas karbondioksida di atmosfer bumi.
 
Ketua Tim, Aldi menjelaskan, teknologi membran anorganik ini dapat mengabsorpsi gas karbondioksida di industri petrokimia dengan efektivitas yang lebih tinggi daripada teknologi konvensional yang sudah ada.

"Teknologi ini juga menghasilkan produk soda abu (Na2CO3) yang memiliki banyak manfaat di sektor industrial," kata Aldi mengutip siaran pers ITS, Rabu, 3 Maret 2021.
 
Baca: Unpad Gelar Uji Klinis Tahap Tiga Vaksin Covid-19 Rekombinan
 
Aldi menambahkan, dalam penerapan teknologinya nanti gas karbondioksida dari steam reformer akan dialirkan menuju membran TiO2 untuk dilakukan absorpsi gas karbondioksida menggunakan larutan NaOH. Alasan dipilihnya membran TiO2 ini karena TiO2 memiliki sifat hidrofilik yang bagus dan memiliki pori-pori yang besar. 
 
"Sehingga membran ini dapat meminimalisir terjadinya penyumbatan," terangnya.
 
 

Mahasiswa kelahiran 18 Juli 2001 ini melanjutkan, sisa gas karbondioksida yang belum terabsorpsi dengan baik pada proses sebelumnnya akan secara otomatis diabsorpsi kembali melalui membran zeolite. "Membran ini dipilih sebab memiliki pori-pori yang seragam dan selektifitas yang tinggi," jelasnya.
 
Selanjutnya, kata dia, hasil outlet pada proses sebelumnya akan menjadikan gas karbondioksida menjadi lebih bersih. Sedangkan untuk gas karbondioksida yang telah diabsorpsi dengan pelarut NaOH selanjutnya akan ditampung dalam tangki penampung karbondioksida dan absorben (cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya).
 
Baca: Dosen IPB Kenalkan Remote Sensing untuk Atasi Masalah Sampah di Laut
 
Ia menjelaskan, rancang bangun teknologi membran ini memiliki beberapa keunggulan inovasi. Misalnya, harga yang murah, tidak membutuhkan tempat yang luas dalam penggunaannya, membutuhkan energi yang rendah, dan memiliki efisiensi penyerapan gas karbondioksida sekitar 80 – 85 persen.
 
Tim bimbingan Afan Hamzah ini berhasil menjadi yang terbaik pada Lomba Karya Tulis Ilmiah RESPON 2021 yang diselenggarakan oleh PT Petro Oxo Nusantara, pekan lalu. Pada kompetisi ini, Aldi dan Yoga berhasil menyisihkan 183 paper nasional lainnya.
 
Aldi berharap ide yang mereka gagas selama sebulan ini dapat direalisasikan di Indonesia, khususnya di area industrialisasi. "Harapannya, teknologi membran ini dapat diterapkan di industri petrokimia guna mengurangi emisi gas CO2," ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan