Virgil Abloh diketahui telah menderita kanker jenis ini sejak 2019 dan serangkaian pengobatan telah dilalui selama masa hidupnya.
Kasus ini turut mendapat perhatian dari dokter spesialis jantung Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Habibie Arifianto. Sebabnya, kanker jantung yang diderita Virgil Abloh adalah kanker jenis langka yang ganas dan berpotensi menyerang siapa pun.
Habibie menerangkan, sarkoma adalah tumor ganas dari jaringan ikat atau otot, yang salah satu jenisnya adalah angiosarkoma. Ia mengatakan, angiosarkoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan pembuluh darah.
Ia menerangkan, cardiac angiosarcoma/cardiac sarcoma adalah tumor ganas yang posisinya di jantung dan diakibatkan karena keganasan di jantung yang bisa sebagai tumor primer. "Tumor ini asalnya dari otot jantung, tapi sangat jarang atau pembuluh darah di sekitar jantung yang menginvasi jaringan jantung," terang Habibie, Selasa, 30 November 2021.
Baca: FISIP Unpad Siapkan Kurikulum Integratif Outcome Based Education
Ia menyampaikan, ada sejumlah gejala yang mengindikasikan bahwa seseorang terkena sarkoma jantung. Salah satunya adalah gagal jantung. Sarkoma jantung bisa menyebabkan gagal jantung karena jaringan otot tergantikan oleh jaringan tumor, yang kemudian menimbulkan gangguan irama jantung.
Gangguan itu berasal dari pembuluh darah sehingga berisiko memperlambat aliran darah, dan dikhawatirkan bisa menimbulkan tromboemboli atau bekuan darah di dalam jantung yang bisa lepas dan menyumbat ke pembuluh darah lain.
"Untuk usia penyakit kancer lebih sering diderita usia 40 tahun ke atas. Namun karena gaya hidup yang tidak sehat di usia muda, penyakit keganasan dapat timbul di usia relatif muda," ujar Habibie.
Karena sarkoma jantung berisiko dialami siapa saja, maka mengetahui penyebabnya secara dini akan jauh lebih baik.
Ia menjelaskan, secara umum penyebab sarkoma jantung sama dengan keganasan kanker yang lain. Kanker bisa disebabkan faktor genetika atau keturunan yang terpicu oleh radikal bebas, terkena paparan polusi, asap rokok, paparan uap berbahaya seperti uap dari pupuk, insektisida, dan agen-agen radiasi lainnya, hingga makanan tidak sehat.
"Ganasnya kanker ini karena sifatnya yang invasif serta destruktif jaringan yang sehat, serta pecahan kancer-nya bisa lepas dan menyebar ke bagian tubuh lain yang dilalui pembuluh darah atau metastasis," jelasnya.
Sedangkan untuk cara penanganannya, Habibie mengatakan, sarkoma jantung yang berukuran besar bisa diatasi dengan reseksi bedah atau pengambilan tumor via bedah apabila dimungkinkan.
"Namun untuk terapi definitifnya sepertinya belum ada. Namun pasien bisa menjalani kemoterapi dan radioterapi, walaupun keberhasilannya masih belum terlalu baik," ujarnya.
Apabila seseorang sudah benar-benar terjangkit sarkoma jantung, maka cara mendiagnosisnya dapat dilakukan dengan echocardiografi atau USG jantung, yang berupa masa yang terlihat di dalam ruangan jantung.
Baca: Pakar UGM: Omicron Belum Terbukti Lebih Menular dari Delta
Selain itu, Habibie menjelaskan, diagnosis terhadap sarkoma jantung dapat dilakukan dengan CT scan jantung atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang berupa pencitraan resonansi magnetik.
"Tujuannya, untuk melihat pembuluh darah yang memberi asupan darah ke tumornya serta penyebaran sarkoma ke organ-organ sekitar," imbuh Habibie.
Sebagai dokter spesialis jantung, Habibie mengingatkan orang-orang agar melakukan screening apabila ada keluhan dengan jantung sekecil apapun. Tujuannya agar seseorang bisa mengetahui apakah jantungnya terkena sarkoma atau tidak. Apabila sudah terdiagnosis kanker segera usahakan pengobatan hingga tuntas.
Ia meminta orang yang menderita sarkoma jantung jangan terlalu banyak membuang waktu untuk mencari pertimbangan.
"Karena penyakit itu biasanya sangat progresif dengan deteksi dini dan pengobatan lebih awal, prognosis penyakit akan lebih baik dibanding apabila kita telat dalam diagnosis dan penatalaksanaan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News