Ilustrasi. Foto: MI/Susanto
Ilustrasi. Foto: MI/Susanto

Penjelasan Epidemiolog UGM Soal Mutasi Virus Korona D614G

Muhammad Syahrul Ramadhan • 02 September 2020 13:20
Jakarta: Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria menyebut, mutasi virus korona D614G yang mulai masuk ke Indonesia tidak berpengaruh terhadap peningkatan kasus positif covid-19. Menurutnya yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kasus adalah lemahnya masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan Adapatsi Kebiasaan Baru (AKB).
 
“Yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kasus adalah perilaku masyarakat kita sebagai inang atau host dari virus covid-19,” kata Bayu kepada Medcom.id, Rabu, 2 September 2020.
 
Perilaku masyarakat yang patuh terhadap protokol AKB ini semakin penting. Sebab, ungkap Bayu, covid-19 dengan penerapan protokol kesehatan mutasi dari covid-19, termasuk D614G bisa dicegah.

“Selama protokol kesehatan dilakukan dengan benar maka covid-19 dengan mutasi apapun bisa ditangani atau dicegah,” ungkapnya.
 
Baca juga:  UGM: Mutasi Virus Korona D614G Terdeteksi di DIY dan Jawa Tengah
 
Lebih lanjut terkait klaim bahwa D614G lebih menular, ia menjelaskan klaim tersebut baru berdasarkan percobaan tingkat sel dan hasil pemeriksaan viral load (jumlah kuantitatif partikel virus yang masuk dalam tubuh) pasien dengan covid-19 yang ada mutasi D614G.  Lalu, seberapa berbahaya mutasi D614G ini dibanding nonmutasi, ia menyebut belum ada yang bisa memastikan.
 
“Tapi apakah benar-benar lebih berbahaya belum ada yang tahu secara pasti,” ucapnya.
 
Karena lanjutnya, data kekinia yang ada masih terbatas dan belum ada penelitian dalam skala besar.  “Belum ada penelitian skala besar dengan besar sampel yang mencukupi yang melihat perbedaan klinis, kemampuan infeksi dari mutasi D614G dengan nonmutasi tersebut,” tegasnya.
 
Sebelumnya, Kelompok Kerja (Pokja) Genetik FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM) dan tim telah berhasil mengidentifikasi Whole Genome Sequencing (WGS) empat isolat dari Yogyakarta dan Jawa Tengah yang telah dipublikasikan di GISAID. Tiga di antaranya mengandung mutasi virus korona D614G.
 
Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D., mengatakan, saat ini mutasi D614G pada virus SARS-CoV-2 yang mempunyai daya infeksius 10 kali lebih tinggi tersebut telah tersebar hampir di seluruh pelosok dunia. Mutasi virus korona D614G adalah virus korona yang bermutasi menjadi 10 kali lebih menular.
 
Di Indonesia sendiri sudah dilaporkan sebanyak sembilan dari 24 isolat yang dipublikasi di GISAID mengandung mutasi D614G.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan