Namun, masih sedikit pihak yang peduli dengan kesehatan mental nelayan. Hal ini mendorong dosen Program Studi Perikanan Program Studi di Luar Kampus Utama Universitas Padjadjaran (Unpad) di Pangandaran, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Alexander MA Khan.
Alex menginisiasi pengembangan aplikasi telepon seluler berbasis Android untuk memantau kondisi kesehatan mental bagi nelayan. Aplikasi bernama Tuna (Sehat untuk Nelayan Indonesia) itu dikembangkan bersama sejumlah dosen dan peneliti lintas fakultas, yaitu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan bersama Fakultas Psikologi Unpad. Aplikasi dihasilkan dari riset yang didanai Kemendikbudristek sejak 2021.
“Kita melihat kesehatan mental khususnya di kalangan nelayan belum jadi perhatian utama saat ini. Biasanya, pemantauan kesehatan mental dilakukan untuk anak muda, pekerja formal, ibu hamil, atau penderita sakit secara fisik,” kata Alex dikutip dari laman unpad.ac.id, Kamis, 17 Maret 2022.
Alex menuturkan tekanan mental kepada nelayan sangat tinggi. Kendati merupakan sektor nonformal, tekanan mental terhadap nelayan juga serupa dengan profesi di sektor formal. Beberapa studi menunjukkan nelayan sangat rentan mengalami tekanan mental.
Dari berbagai riset, variabel yang menyebabkan kecemasan, stres, hingga depresi pada nelayan antara lain keterbatasan logistik untuk melaut seperti stok dan harga BBM tidak menentu. Kemudian, penurunan nilai harga jual hasil tangkapan, kualitas ikan menurun, hingga anomali cuaca, khususnya bagi nelayan saat operasi penangkapan di wilayah yang berbatasan langsung dengan samudera.
Selain itu, tingkat kesejahteraan yang belum merata juga memicu tekanan mental pada nelayan. Besaran pendapatan kerap tidak sebanding dengan biaya operasional dan biaya hidup yang tinggi.
Alex bersama tim yang terdiri dari Zuzy Anna (FPIK), Ajeng Wulandari (FPIK), Aulia Iskandarsyah (Fapsi) dan Arina Shabrina (Fapsi) mengembangkan aplikasi Tuna. Tujuannya agar nelayan mengetahui kondisi mental sebelum melaut.
“Nanti nelayan akan tahu kalau kondisi mentalnya belum sehat maka disarankan tidak melaut. Atau jika nelayan butuh diskusi dan konseling di aplikasi itu kita arahkan guna mendapatkan dukungan konseling maupun hotline yang tersedia pada aplikasi tersebut,” kata Alex.
Gunakan kuesioner
Aplikasi tersebut berisikan sejumlah kuesioner yang wajib dijawab nelayan. Kuesioner mengadaptasi metode Depression Anxiety Stress Scale (DASS) yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan, stres, dan depresi di psikologi. Namun, ada modifikasi sedikit untuk menyesuaikan dengan kebutuhan riset.Hasil jawaban nelayan akan menentukan seberapa besar tingkat tekanan mental yang dialami nelayan. Nelayan disarankan tidak melaut sampai kondisi optimal bila mengalami gangguan ringan.
Sementara itu, aplikasi akan menyarankan untuk konseling dengan psikolog atau penasihat kesehatan bila hasil menunjukkan mengalami gangguan sedang hingga berat. Alex mengatakan, nelayan dapat memilih untuk mendatangi lokasi konsultasi terdekat sesuai arahan aplikasi atau menghubungi saluran siaga (hotline) yang disediakan.
Saluran ini akan terhubung ke tim dari Fakultas Psikologi Unpad. Selama riset berjalan, tim menyediakan layanan konseling gratis untuk nelayan.
“Ke depan mudah-mudahan aplikasi ini bisa mandiri,” tutur dia.
Khusus nelayan
Alex memaparkan memantau kesehatan mental sama pentingnya dengan memantau kesehatan fisik pada nelayan. Mental yang sehat akan menciptakan aktivitas penangkapan ikan yang tenang.Apalagi, jika didukung dengan ketersediaan logistik memadai, cuaca kondusif, hingga nilai jual tinggi. Alasannya, nelayan bertaruh nyawa di lautan untuk menangkap ikan. Kondisi fisik dan mental yang terganggu akan meningkatkan risiko bagi nelayan.
“Karena itu, tugas kita melalui riset membantu mereka bahwa manajemen stresnya sampai sejauh mana,” ujar Alex.
Aplikasi Tuna sudah tersedia di Google Play Store. Saat ini aplikasi dapat digunakan oleh siapa saja.
Pihaknya terus mengembagkan aplikasi agar ke depan bisa membedakan antara data kuesioner yang diisi nelayan dan bukan nelayan. Caranya, dengan memasukkan Nomor Kartu Nelayan sebelum mengisi kuesioner.
Kartu Nelayan merupakan program Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai dokumen legal seorang nelayan. Dengan memiliki kartu ini, nelayan mendapat akses fasilitas yang disediakan KKP.
Alex menyebut melalui data nomor itu, tim dapat membedakan data yang diisi nelayan atau bukan. Data dari nelayan akan menjadi bagian dari riset yang dilakukan Alex dan tim.
“Dari data ini, kita tahu tingkat stres nelayan berapa persen, lalu tingkat cemas dan depresinya juga berapa. Untuk membersihkan data itu, kita butuh kolaborasi dari Kementerian,” kata Alex.
Alex menyebut banyak nelayan antusias saat diuji coba ke sejumlah nelayan di kawasan Pantai Palabuhanratu, Sukabumi. Nelayan mulai tertarik memperhatikan kesehatan mental.
"Selama ini, mereka tidak perhatian terhadap kesehatan mental. Diharapkan dengan aplikasi ini mereka bisa aware terhadap kesehatan mentalnya,” kata Alex.
Fitur tambahan
Alex memastikan aplikasi berbasis Android ini mudah digunakan nelayan. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan, sebagian besar nelayan usia produktif, khususnya di Jawa Barat, sudah menggunakan ponsel pintar (smartphone). Sisanya, kelompok usia di atas produktif (60 tahun ke atas) masih ada yang menggunakan ponsel biasa.“Dari situ kita berangkat, make sense kalau aplikasi ini dibuat. Tujuan awal aplikasi ini kan bermanfaat. Kalau tidak bermanfaat, kita tidak melakukannya,” ujar dia.
Alex menginginkan pengembangan aplikasi Tuna didasarkan kebutuhan nelayan secara langsung. Dia sudah meminta masukan dari sejumlah nelayan mengenai hal-hal yang dibutuhkan nelayan melalui aplikasi ini. Dia berharap masukan itu dapat mendorong Tuna menjadi salah satu perangkat wajib nelayan sebelum melaut.
“Kita ingin aplikasi ini berdasarkan citizen science,” tutur dia.
Alex mengungkapkan beberapa masukan yang dipertimbangkan, yaitu mengembangkan ruang komunikasi antarnelayan salah satunya mengenai informasi harga ikan. Sebagai contoh, nelayan di Pangandaran dapat memasukkan harga jual ikan komoditas tertentu.
“Nanti akan kita sortir datanya,” kata Alex.
Rencananya, aplikasi Tuna akan bekerja sama dengan institusi pemerintah terkait, seperti Kementerian Koordinasi Maritim dan Inverstasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Kesehatan. Sehingga aplikasi ini dapat digunakan oleh nelayan di seluruh pesisir Indonesia.
"Dengan demikian, nelayan Indonesia dapat menjadi lebih peduli dengan kesehatan mentalnya. Hasil riset ini akan menjadi bukti bahwa Unpad bermanfaat dan mendunia,” tutur Alex.
Baca:
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News