Kartu Nelayan merupakan program Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai dokumen legal seorang nelayan. Dengan memiliki kartu ini, nelayan mendapat akses fasilitas yang disediakan KKP.
Alex menyebut melalui data nomor itu, tim dapat membedakan data yang diisi nelayan atau bukan. Data dari nelayan akan menjadi bagian dari riset yang dilakukan Alex dan tim.
“Dari data ini, kita tahu tingkat stres nelayan berapa persen, lalu tingkat cemas dan depresinya juga berapa. Untuk membersihkan data itu, kita butuh kolaborasi dari Kementerian,” kata Alex.
Alex menyebut banyak nelayan antusias saat diuji coba ke sejumlah nelayan di kawasan Pantai Palabuhanratu, Sukabumi. Nelayan mulai tertarik memperhatikan kesehatan mental.
"Selama ini, mereka tidak perhatian terhadap kesehatan mental. Diharapkan dengan aplikasi ini mereka bisa aware terhadap kesehatan mentalnya,” kata Alex.
Fitur tambahan
Alex memastikan aplikasi berbasis Android ini mudah digunakan nelayan. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan, sebagian besar nelayan usia produktif, khususnya di Jawa Barat, sudah menggunakan ponsel pintar (smartphone). Sisanya, kelompok usia di atas produktif (60 tahun ke atas) masih ada yang menggunakan ponsel biasa.“Dari situ kita berangkat, make sense kalau aplikasi ini dibuat. Tujuan awal aplikasi ini kan bermanfaat. Kalau tidak bermanfaat, kita tidak melakukannya,” ujar dia.
Alex menginginkan pengembangan aplikasi Tuna didasarkan kebutuhan nelayan secara langsung. Dia sudah meminta masukan dari sejumlah nelayan mengenai hal-hal yang dibutuhkan nelayan melalui aplikasi ini. Dia berharap masukan itu dapat mendorong Tuna menjadi salah satu perangkat wajib nelayan sebelum melaut.
“Kita ingin aplikasi ini berdasarkan citizen science,” tutur dia.
Alex mengungkapkan beberapa masukan yang dipertimbangkan, yaitu mengembangkan ruang komunikasi antarnelayan salah satunya mengenai informasi harga ikan. Sebagai contoh, nelayan di Pangandaran dapat memasukkan harga jual ikan komoditas tertentu.