Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

P2G Sebut Sekolah Penggerak Berpotensi Tak Efektif, Ini Alasannya

Arga sumantri • 04 Februari 2021 20:53
Jakarta: Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai program Sekolah Penggerak berpotensi tak berjalan efektif. Program itu dianggap bakal tumpang tindih dengan program lainnya seperti Organisasi Penggerak, dan Guru Penggerak.
 
"Sebab banyak kemiripan dan irisan ketiga program tersebut," kata Dewan Pakar P2G Suparno Sastro melalui keterangan tertulis, Kamis, 4 Februari 2021.
 
Ia menyatakan, Sekolah Penggerak bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada eksosistem sekolah. Sesungguhnya, kata dia, dibutuhkan perubahan yang fundamental, baik secara kultural budaya sekolah, maupun perubahan struktural seperti regulasi terkait pendidikan dan segala hal tentang sekolah.

Senada, Koordinator P2G Satriwan Salim menyebut Sekolah Penggerak berpotensi tidak akan efektif mengingat sekarang masih kondisi pandemi. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan selama ini, kata dia, masih banyak kendala dan butuh solusi cepat. 
 
Baca: Sekolah Hanya Boleh Ikut Satu 'Program Penggerak'
 
"Pelatihan-pelatihan online bagi guru tentu hanya akan mampu mengakomodir guru yang punya akses digital, ada laptop atau gawai, dan akses internet. Kita paham ada 46.000 sekolah menurut Kemenko PMK yang tak bisa PJJ online selama ini," kata Satriwan.
 
Menurut Satriwan Sekolah Penggerak sangat mirip dengan Guru Penggerak dan Organisasi Penggerak. Ia menerangkan, program Guru Penggerak bertujuan melatih guru menjadi pemimpin. Sementara, Organisasi Penggerak fokus dalam pelatihan dan kompetensi guru oleh organisasi masyarakat (ormas).
 
 

Sedangkan, Sekolah Penggerak dilakukan untuk memperbaiki ekosistem sekolah yang juga ada entitas guru di dalamnya. "Jadi saling tumpang-tindih, tak fokus," ungkap Satriwan.
 
Target jumlah Sekolah Penggerak, kata dia, juga membingungkan. Sebab, disebutkan bahwa pada tahun keempat pelaksanaan, ditargetkan ada 40 ribu sekolah penggerak. "Kami mempertanyakan apakah jumlah ini representatif mengingat sekolah di Indonesia hampir 400 ribu sekolah mulai PAUD-SMA/SMK," ujar Satriwan. 
 
Hal yang menjadi pertanyaan para guru, lanjut dia, yakni dasar penentuan Sekolah Penggerak. Apakah berdasarkan inisiatif sekolah, atau memang dipilih pemerintah.
 
Baca: Ini Perbedaan Tiga 'Program Penggerak' Kemendikbud
 
Satriwan menduga target 2.500 sekolah pada tahap pertama program Sekolah Penggerak hanya diisi oleh satuan pendidikan yang selama ini sudah punya kualitas baik. Misalnya, terakreditasi A, punya akses digital bagus, dan banyak prestasi.
 
"Bagaimana peluang sekolah-sekolah pinggiran, prestasi minim, apalagi statusnya swasta, akreditasi C bahkan belum terakreditasi? Bagaimana Sekolah Penggerak dapat memberikan intervensi kepada dua potret kualitas sekolah yang sangat kontras di atas?" tanya Satriwan.
 
P2G mengusulkan agar tiga program implementasi Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu digabungkan. Sebab, ketiganya saling berkaitan erat.  "Jadi terlihat tidak fokus, terkesan hanya target menghabiskan anggaran," ujar Satriwan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan