Sedangkan, Sekolah Penggerak dilakukan untuk memperbaiki ekosistem sekolah yang juga ada entitas guru di dalamnya. "Jadi saling tumpang-tindih, tak fokus," ungkap Satriwan.
Target jumlah Sekolah Penggerak, kata dia, juga membingungkan. Sebab, disebutkan bahwa pada tahun keempat pelaksanaan, ditargetkan ada 40 ribu sekolah penggerak. "Kami mempertanyakan apakah jumlah ini representatif mengingat sekolah di Indonesia hampir 400 ribu sekolah mulai PAUD-SMA/SMK," ujar Satriwan.
Hal yang menjadi pertanyaan para guru, lanjut dia, yakni dasar penentuan Sekolah Penggerak. Apakah berdasarkan inisiatif sekolah, atau memang dipilih pemerintah.
Baca: Ini Perbedaan Tiga 'Program Penggerak' Kemendikbud
Satriwan menduga target 2.500 sekolah pada tahap pertama program Sekolah Penggerak hanya diisi oleh satuan pendidikan yang selama ini sudah punya kualitas baik. Misalnya, terakreditasi A, punya akses digital bagus, dan banyak prestasi.
"Bagaimana peluang sekolah-sekolah pinggiran, prestasi minim, apalagi statusnya swasta, akreditasi C bahkan belum terakreditasi? Bagaimana Sekolah Penggerak dapat memberikan intervensi kepada dua potret kualitas sekolah yang sangat kontras di atas?" tanya Satriwan.
P2G mengusulkan agar tiga program implementasi Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu digabungkan. Sebab, ketiganya saling berkaitan erat. "Jadi terlihat tidak fokus, terkesan hanya target menghabiskan anggaran," ujar Satriwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id