Ilustrasi Jalur Sutra. DOK Zenius
Ilustrasi Jalur Sutra. DOK Zenius

Mengenal Jalur Sutra, Lintasan Perdagangan Kuno Internasional

Medcom • 07 Maret 2022 20:12
Jakarta: Di era modern seperti sekarang, Sobat Medcom tak perlu repot-repot pergi ke toko untuk berbelanja. Hanya dengan memesan online, barang yang berasal dari luar negeri sekalipun akan sampai di rumah dalam beberapa hari.
 
Kemudahan ini tentunya tak bisa dirasakan pada zaman dahulu. Di masa lampau, perdagangan antarnegara bisa memakan waktu berbulan-bulan lantaran pedagang harus menempuh jalur panjang.
 
Lintasan perdagangan internasional paling ikonik kala itu adalah Jalur Sutra. Mengutip laman Zenius, jalur bernama lain Silk Road ini memiliki rute sepanjang 6.437 kilometer atau 4.000 mil. Medan jalur tersebut tentunya bukan berupa jalanan aspal seperti sekarang. Jadi terbayang, kan, betapa sulitnya berdagang di zaman dulu?

Majalah alam asal Amerika, National Geographic, memperkirakan Jalur Sutra telah digunakan pedagang selama lebih dari 1.500 tahun. Lebih tepatnya, resmi beroperasi sejak zaman Dinasti Han sekitar 130 SM hingga akhirnya ditutup pada 1453 M.
 
Saat itu, Cina aktif berdagang dengan dunia Barat, terutama Yunani, Kekaisaran Romawi, dan Kekaisaran Kushan (di sekitar India). Sutra menjadi komoditi ekspor Cina yang sangat disukai belahan dunia Barat. Inilah yang menjadi alasan di balik penamaan Jalur Sutra.
 
Penamaan jalur ini dicetuskan seorang ahli geografi sekaligus penjelajah asal Jerman, Ferdinand von Richthofen. Dalam bukunya yang berjudul China (1877), dia menyebut lintasan itu sebagai die Seidenstrasse yang berarti Silk Road alias Jalur Sutra.
 
Meskipun nama jalur ini terinspirasi dari komoditi populer Cina, bukan berarti barang yang diperjualbelikan hanya kain sutra. Berbagai komoditas lain, seperti buah, sayur, hewan ternak, kulit hewan, peralatan, karya seni, barang keagamaan, batu mulia, metal, dan sebagainya juga turut diperdagangkan.
 
Tak cuma bertukar barang konkret, Jalur Sutra juga menjadi tempat pertukaran barang tak benda yang tidak ternilai harganya. Barang tersebut meliputi bahasa, budaya, agama, filosofi, dan ilmu pengetahuan.
 

Peta dan rute Jalur Sutra

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, rute Jalur Sutra terbentang sepanjang 6.437 kilometer. Rute tersebut melewati berbagai daerah di Asia, Afrika, dan Eropa, baik melalui darat maupun laut.
 
Sebagai gambaran, berikut peta Jalur Sutra yang aktif digunakan pada abad pertama atau lebih tepatnya sejak 500 SM hingga 500 M. Garis merah mengacu pada rute darat, sedangkan garis biru merujuk pada rute laut.
 
Mengenal Jalur Sutra, Lintasan Perdagangan Kuno Internasional
Jalur Sutra. DOK Zenius
 
Jalur Sutra tidak serta-merta terbentuk begitu saja. Uniknya lagi, lintasan itu semula bukan dibuat untuk perdagangan. Lantas, seperti apa sejarah dari jalur perdagangan ikonik ini?

Sejarah Jalur Sutra

Rute Jalur Sutra pertama kali ditemukan seorang jenderal asal Cina bernama Zhang Qian. Awalnya, sang jenderal diperintahkan Kaisar Wu dari Dinasti Han untuk melakukan perjalanan diplomatis.
 
Ya, perjalanan tersebut bukan bertujuan untuk berdagang, melainkan meminta bantuan masyarakat Yuezhi agar pihak Kaisar Wu bisa mengalahkan musuh dari Xingnu. Singkat cerita, Zhang Qian melakukan perjalanan panjang, bahkan sempat tertangkap musuh dan dipenjara selama 13 tahun.
 
Selepas melarikan diri dari tahanan, Zhang Qian kembali ke Cina dan memberikan laporan mengenai perjalanannya. Dalam laporannya itu, dia menulis segala hal yang dilihat, termasuk berbagai kebudayaan, kekayaan, dan kehidupan masyarakat berbagai daerah di Asia Tengah.
 
Kaisar merasa takjub dengan laporan Zhang Qian yang begitu menarik dan detail. Sehingga, dia kembali memerintahkan sang jenderal untuk melakukan ekspedisi, menjelajahi berbagai daerah-daerah di sekitar Cina, dan membuat rute perjalanan Cina ke Asia Tengah yang terus berkembang hingga ke dunia barat.
 
Rute ini kemudian digunakan Cina untuk mengekspor sutra ke Kekaisaran Romawi, serta mengimpor wol dan batu mulia. Setelah Kekaisaran Romawi (30SM – 300M) runtuh, berbagai kekaisaran dan era lainnya bergantian aktif memenuhi Jalur Sutra.
 
Beberapa di antaranya Kekaisaran Byzantine (Abad ke-6 sampai ke-14), Dinasti Tang (Abad ke-7), suku Sogdian–Türkic (abad ke-4 sampai ke-8), era Islam (abad ke-8 sampai ke-13), hingga Kekaisaran Mongol (abad ke-13 sampai ke-14) yang kemudian menutup rute tersebut.

Pengaruh Jalur Sutra bagi Indonesia

Sebagaimana terlihat dari peta di atas, Jalur Sutra melewati wilayah Indonesia yang kala itu masih berbentuk kerajaan-kerajaan. Dalam aktivitas perdagangan ini, Indonesia memperjualbelikan komoditas dan sumber daya alam.
 
Selain itu, kegiatan perdagangan tersebut juga membuat masyarakat Indonesia mendapat berbagai pengetahuan serta budaya dari para pedagang luar negeri. Dalam buku bertajuk Old World Encounters: Cross-Cultural Contacts and Exchanges in Pre-Modern Times (1993), disebutkan penyebaran agama dan tradisi budaya di sepanjang Jalur Sutra bahkan menyebabkan sinkretisme.
 
Sinkretisme yang dimaksud adalah asimilasi alias pencampuran dan fusi dari budaya serta agama. Inilah sebabnya Indonesia memiliki kerajaan dengan corak agama dan budaya yang beragam. (Nurisma Rahmatika)
 
Baca: Hidupkan Jalur Rempah Lewat Pariwisata untuk Kesejahteraan Berkelanjutan
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan