Rektor Universitas Pattimura Ambon MJ Sapteno dalam webinar bertema ”Jalur Rempah, Jalan Kebudayaan Menuju Sustainable Living” mempertanyakan alasan Jalur Rempah tidak dimanfaatkan. Salah satunya melalui destinasi pariwisata yang seharusnya bisa dipadukan dengan keindahan alam Maluku.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan Maluku adalah masa depan Indonesia. Di masa lampau, rempah menjadi primadona. Namun, setelah harga rempah jatuh, Maluku masih punya cadangan sumber daya alam yang tinggi, seperti ikan, minyak, dan gas bumi.
Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pelita Harapan (UPH), Prof Diena Mutiara Lemy, mengatakan pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis Jalur Rempah mesti melibatkan semua pihak. Serta dibarengi marketing yang benar.
Bahasa Basudara, London, Jeffrey Malaiholo, meminta pemerintah berhati-hati mengelola kekayaan yang dimiliki Maluku. Sehingga dapat dipastikan kekayaan yang dimiliki dapat berkelanjutan dan menciptakan kekayaan bagi penduduk Maluku.
"Hal itu dapat dikelola menjadi sesuatu yang bernilai tambah sehingga dapat tercapai sustainable living atau kesejahteraan berkelanjutan bagi masyarakat," kata Jeffrey dalam keterangan tertulis, Rabu, 16 Februari 2022.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Restu Gunawan, berpendapat Jalur Rempah dapat digunakan sebagai pengembangan diplomasi budaya. Hal itu untuk memperkuat pengaruh Indonesia dalam perkembangan peradaban dunia.
Apalagi, Jalur Rempah memiliki usia yang lebih tua daripada Jalur Sutra. Jalur Rempah sudah ada sejak 10.000 tahun Sebelum Masehi (SM) sedangkan Jalur Sutra baru ada pada 2 tahun SM.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno menegaskan Jalur Rempah merupakan potensi besar yang perlu dikelola bersama lantaran mengandung nilai sejarah dan kebudayan. Dia mengajak semua pemangku kepentingan memanfaatkan potensi tersebut.
Baca: Pemikiran Generasi Muda Soal Jalur Rempah Harus Diubah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News