"Secara skill mereka sangat cukup dan memenuhi kompetensi yang aku butuhkan untuk membuat film animasi JUMBO," sebut Ryan di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta, Kamis, 15 Mei 2025.
Ia mengatakan talenta anak Indonesia harus lebih dikembangkan. Saat ini, banyak sekali studio animasi yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
"Akhirnya ya mereka harus mengerjakan proyek-proyek dari luar negeri gitu. Jadi kalau secara skill, secara pemahaman software, atau pemahaman teknik mereka lebih dari cukup sebenarnya," tutur dia.
Demam film animasi petualangan fantasi Indonesia, JUMBO, masih melanda Tanah Air. Sejak tayang perdana pada 31 Maret 2025, film produksi Visinema Studios ini langsung mencuri perhatian publik.
Baca juga: Perjalanan Film JUMBO: Dihantam Pandemi, Libatkan 400 Kreator hingga Anak SMK |
Bahkan, pada hari ke-45 penayangannya JUMBO sudah menembus angka lebih dari 9,6 juta penonton. Capaian ini membuat film JUMBO menjadi film layar lebar terlaris nomor dua sepanjang masa di Indonesia.
Visual memukau, cerita menyentuh, serta pesan moral yang kuat menjadikan film ini perbincangan hangat. Film ini mendapatkan tempat di hati masyarakat berbagai usia.
JUMBO mengisahkan tentang Don, seorang anak laki-laki dengan mimpi besar untuk menghidupkan kembali buku dongeng warisan orang tuanya melalui sebuah pertunjukan. Namun, perjalanannya tak mudah.
Ia harus menghadapi ejekan, kehilangan bukunya yang dicuri oleh temannya sendiri, Atta, serta berbagai hambatan lain. Dalam perjuangannya, Don mendapat dukungan dari Oma dan dua sahabat setianya, Nurman dan Mae. Petualangan mereka semakin menegangkan ketika bertemu dengan Meri atau Maria, seorang anak perempuan dari dunia lain yang sedang mencari orang tuanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News