Alumni BINUS University berbagi cerita keterlibatan di Film JUMBO. Medcom.id/Antariska
Alumni BINUS University berbagi cerita keterlibatan di Film JUMBO. Medcom.id/Antariska

Alumni BINUS University Terlibat di Film JUMBO, Bagikan Kisah Seru dan Perjuangan di Balik Layar

Renatha Swasty • 17 April 2025 14:14
Jakarta: Film animasi JUMBO tengah menjadi perbincangan hangat warganet. Ini lantaran tak cuma gambarnya yang menarik perhatian, tetapi juga ceritanya yang menyentuh.  
 
Di balik kesuksesan film itu, ternyata ada deretan alumni School of Design BINUS University yang terlibat langsung dalam proses kreatifnya. Sebanyak empat alumni BINUS menjadi bagian penting dari tim JUMBO, yaitu Garry Yordan Liwang sebagai ELRC Supervisor, Kenneth Satriawira sebagai Animator, Rizqy Caesar Zulfikar sebagai Animator, dan Muchamad Ainnur Fadil sebagai Animator.
 
Untuk merayakan momen ini, BINUS University mengadakan nonton bareng JUMBO di CGV Central Park, yang dihadiri oleh pimpinan kampus, alumni, dan mahasiswa. Dalam kesempatan itu, empat alumni juga berbagi kisah seru dan perjuangan di balik layar yang tidak banyak orang tahu.

Garry Yordan Liwang membuka cerita tentang bagaimana ide JUMBO bermula. Dia menjelaskan gagasan ini berasal dari Adriano Qalbi dan Irfan Ramli dari Visinema, yang awalnya ingin membuat web series bertema bullying. Namun, setelah diskusi panjang dengan Angga Dwimas Sasongko yang juga CEO Visinema, akhirnya diputuskan mengemasnya dalam bentuk film animasi 3D.
 
"Mas Angga lalu menghubungi Mas Ryan (Ryan Adriandhy), yang baru saja pulang S2 dari Amerika. Diajaklah Mas Ryan untuk baca script-nya, dan dia setuju. Dari situ mulai dikumpulkan orang-orangnya. Proyek ini spesial banget, karena hampir semua yang terlibat benar-benar ngerjain dari hati," kata Garry, Rabu, 16 April 2025.
 
Garry mengungkap sebagian besar tim produksi berasal dari BINUS. Ia menyebut setelah lulus, banyak alumni BINUS bekerja di berbagai studio, baik di dalam maupun luar negeri.
 
Ketika proyek JUMBO dikerjakan, Visinema sepakat menggandeng talenta dari berbagai tempat karena proyek ini tidak bisa ditangani oleh satu studio saja.
 
“Mayoritas memang alumni BINUS. Setelah lulus, kami tersebar di beberapa studio, ada yang di luar negeri, ada yang di lokal. Pas Visinema mulai proyek ini, Mas Ryan cari talenta terbaik dan kebetulan banyak dari kami alumni BINUS,” ujar Garry.
 
Baca juga: Di Balik Suksesnya Film JUMBO, Ternyata Ada Sutradara Jenius Lulusan Amerika dan Peraih Beasiswa Bergengsi

Kenneth Satriawira juga membagikan pengalamannya selama mengerjakan film JUMBO. Dia bangga bisa terlibat, meskipun prosesnya cukup melelahkan.
 
“Cukup bangga ya ngerjain JUMBO. Tapi capek juga sih, karena waktunya panjang. Setiap hari harus ngulang, liat ini lagi, ini lagi. Tapi hasilnya worth it banget,” ujar Kenneth.
 
Senada dengan Kenneth, Rizqy Caesar Zulfikar juga mengungkapkan rasa bangganya terlibat dalam proyek ini, yang sekaligus menjadi kesempatan kedua baginya bekerja dalam film besar.
 
“Seperti Kak Kenneth, memang bangga. Ini bukan film pertama kita, sebelumnya kita bertiga di studio yang sama. Kali ini kesempatan kedua dan dari awal sudah terasa spesial. Proyek ini pantas dapat perhatian sebesar ini. Kami sangat berterima kasih atas perhatian dari teman-teman Indonesia,” ujar Rizky.
 
Sementara itu, Muchamad Ainnur Fadil, yang baru pertama kali bekerja dengan tim ini, mengungkapkan komitmennya terhadap proyek JUMBO.
 
"Kami benar-benar menaruh hati dalam pengerjaan film ini, karena ini adalah film panjang pertama yang kami kerjakan bersama. Kami tidak ingin melakukannya setengah-setengah. Kami ingin hasilnya mencapai kualitas yang bisa bersaing dengan studio besar seperti Disney atau Pixar," ujar Ainnur.
 
Ainnur bersyukur BINUS berkontribusi dalam perjalanan kariernya. Dia mengatakan BINUS telah menghasilkan banyak seniman hebat yang menjadi inspirasi, salah satunya kreator karakter Si Juki.
 
Baca juga: Kisah Novia, dari Anak Magang Jadi Produser yang Sukseskan Film Animasi JUMBO

"Kreator Si Juki adalah salah satu role model saya. Karya seperti Si Juki sangat menginspirasi kami untuk terus berkarya dan berkontribusi pada kemajuan industri kreatif di Indonesia," ujar dia.
 
Rizqy Caesar Zulfikar mengungkapkan kuliah di BINUS merupakan langkah besar dalam hidupnya. Sebagai orang Bali, dia memilih kuliah di BINUS untuk mendalami bidang ini, karena yakin animasi akan berkembang pesat di Indonesia.
 
"Saya asli Bali dan waktu pertama kali memutuskan masuk ke dunia animasi, saya memilih BINUS. Saya yakin animasi akan jadi industri besar di Indonesia di masa depan. Di BINUS, saya banyak belajar, bukan hanya soal teknis, tapi juga tentang mindset profesional dan jaringan," ujar dia.
 
Hal senada disampaikan Kenneth Satriawira, yang mengungkapkan peran BINUS sangat besar dalam perjalanan kariernya.
 
"Pertama kali masuk DKV, saya tahunya cuma gambar, tapi ternyata malah jatuh cinta dengan animasi. Sekarang, bisa terlibat dalam proyek besar seperti ini, rasanya sangat membanggakan," ujar Kenneth.
 
Terakhir, Garry Yordan Liwang mengaku pelajaran dari semester awal hingga akhir di BINUS dulu sering dianggap sepele. Ternyata, sangat berguna di dunia kerja.
 
"Dulu kita ngerasa teori warna, sejarah animasi, sampai fotografi itu kayaknya enggak penting. Tapi sekarang, semua itu kepake banget," tutur dia.
 
Acara nonton bareng JUMBO ini bukan sekadar perayaan, tapi juga jadi momen inspiratif. Sebuah bukti karya anak bangsa bisa berdiri sejajar dengan film-film animasi internasional, apalagi bila dikerjakan dengan hati, semangat, dan kebersamaan. (Antariska)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan