Di balik kesuksesan yang diraih, ada proses panjang selama lima tahun yang penuh tantangan, kritik, dan perjuangan. Sutradara Ryan Adriandhy pernah menerima cibiran saat film ini belum juga rampung.
Tak sedikit yang bertanya, “Bahas JUMBO mulu, tapi filmnya mana?” Meski begitu, Ryan bersama ratusan kreator lainnya tetap bertahan. Mereka percaya bertahan dalam proses itu bukan soal cepat, tapi soal kuat.
Melalui JUMBO, kita belajar proses panjang bukan hanya soal hasil akhir yang lebih matang, tapi juga soal kesiapan diri menghadapi berbagai rintangan. Bukan perkara mudah membuat sesuatu dari nol, tapi justru yang paling berat adalah berkomitmen dan menjaga konsistensi ketika hasilnya belum juga terlihat.
| Baca juga: Di Balik Suksesnya Film JUMBO, Ternyata Ada Sutradara Jenius Lulusan Amerika dan Peraih Beasiswa Bergengsi |
Di sepanjang proses, tim JUMBO menunjukkan kolaborasi bukan sekadar kerja bareng. Lebih dari itu, kolaborasi adalah tentang menyatukan visi dan bersama-sama menurunkan ego demi tujuan lebih besar.
Proses revisi yang tak terhitung jumlahnya, kritik pedas dari berbagai pihak, hingga tantangan teknis selama produksi, semua itu bukan alasan untuk berhenti justru menjadi ruang untuk bertumbuh.
JUMBO dimulai dari sketsa kecil yang dibuat terus-menerus. Sedikit demi sedikit, hingga akhirnya menjadi karya besar yang kini membanggakan. Ini menjadi pengingat dalam mengejar sesuatu yang besar, proseslah yang membentuk kita, bukan hanya hasilnya.
Film ini tak hanya menghadirkan hiburan, tapi juga menyelipkan pesan penting tentang ketekunan, kerja sama, dan keberanian menghadapi keraguan. Bagi siapa pun yang sedang memperjuangkan mimpi besar, JUMBO bisa jadi pengingat hasil besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil yang dikerjakan terus-menerus, meski tak langsung terlihat. (Antariska)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
