Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim mengatakan, sekitar 40-50 siswa di setiap sekolah yang namanya ditunjuk Kemendikbudristek sebagai peserta Asesmen Nasional menjadi terbebani akibat persiapan AN. Ia menyebut, siswa sudah mulai mengikuti simulasi, dan latihan soal untuk kesiapan asesmen yang rencananya bakal digelar September 2021 tersebut.
"Di sejumlah sekolah, nama-nama peserta AN sudah keluar sejak sebulan lalu. Mereka saat ini, terutama yang di bangku SMA berjumlah 45-50 anak peserta AN menjadi terbebani. Sekolah mulai men-drilling siswanya dengan try out, latihan-latihan soal, dan simulasi AN," kata Satriwan kepada Medcom.id, Jumat, 27 Agustus 2021.
Bahkan, kata Satriwan, siswa-siswa calon peserta AN tersebut sudah diminta untuk masuk sekolah tatap muka meski sekolah masih menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena masih berada di zona PPKM level 4 beberapa waktu lalu. Hal ini sangat disayangkan, karena bayang-bayang AN akan menjadi seperti Ujian Nasional seolah kembali menghantui.
Sekolah tampaknya masih gagal move on dari sistem UN yang hasilnya akan berpengaruh pada nilai individu siswa juga nama baik sekolah. Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan apa yang selama ini ditekankan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim tentang Asesmen Nasional.
Baca juga: Asesmen Nasional Dimulai September 2021, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui
Nadiem berulang kali menegaskan, bahwa AN merupakan asesmen yang bahkan tidak dapat di-bimbel-kan (bimbingan belajar). AN, kata Nadiem, juga tidak akan membebani siswa. Dengan kata lain, sekolah sebenarnya tidak perlu men-drilling siswa dengan latihan-latihan soal yang berlebihan.
"Tapi di lapangan bahkan orang tua siswa diminta ikut menyiapkan laptop," ungkapnya.
Namun menurut Satriwan, kesan bahwa AN adalah kompetisi masih melekat di mata sekolah-sekolah. Kepala sekolah dan Dinas Pendidikan masih menganggap hasil AN nantinya akan berpengaruh terhadap nama baik sekolah dan daerahnya.
"Skema seperti ini sama saja dengan Ujian Nasional dong. Nama baik sekolah dibebankan kepada 40-50 anak tadi. Ini tidak boleh didiamkan," tegas Satriwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News