“Diharapkan buku ensiklopedi metode pembelajaran Al-Qur’an tersebut dapat di-launching pada peringatan Hari Santri 2022 ini,” ujar Direktur PD Pontren Waryono Abdul Ghafur dikutip dari laman kemenag.go.id, Senin, 28 Maret 2022.
Waryono menuturkan saat ini banyak metode pendidikan Al-Qur’an yang dikembangkan oleh ustaz. Penemuan tersebut terinspirasi dari problem di masyarakat yang mereka hadapi, sekaligus sebagai solusi belajar Al-Qur’an menyenangkan dan dapat diterima dengan mudah.
Dia menyebut karya-karya tersebut perlu diapresiasi dan direkognisi. “Jika belum memiliki hak kekayaan intelektual (HAKI), maka dapat difasilitasi oleh Subdit Pendidikan Al-Qur’an, agar karya tesebut terjaga otentisitasnya dan tidak mudah diklaim oleh pihak lain,” kata mantan Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani menyebut khasanah metode pembelajaran Al-Qur’an sangat luar biasa. Karya-karya yang ditemukan merupakan kombinasi hasil olah pikir yang kuat dan keikhlasan tanpa pamrih.
Faktor ini yang mendominasi metode pembelajaran Al-Qur’an tetap eksis di masyarakat. Produk-produk metode tersebut harus ditanamkan sebagai kekayaan intelektual, bukan sekadar karya biasa.
“Metode pembelajaran Al-Qur’an sebagai legacy, khazanah intelektual Islam yang harus mendapatkan apresiasi, dan dijadikan inspirasi,” ujar Guru Besar UIN Sunan Gunung Jati Bandung itu.
Ali menjelaksan suatu metode dapat teraktualisasi, sekurangnya dengan tiga H, yakni: head (kepala) yang merupakan kemampuan intelektual dalam memahami metodologi, heart (hati) sebagai upaya menanamkan kesadaran nurani yang terdalam sehingga memiliki keikhlasan maksimal, dan hand (tangan) sebagai implementasi dan aktualisasi metode agar dapat diaplikasikan di masyarakat.
Baca: Syafruddin Menargetkan Indonesia Bebas Buta Aksara Al-Quran dalam 5 Tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News