“Kalau dari aspek variasi ini menarik, anak-anak tidak hanya berbahasa Indonesia tetapi hybrid dengan bahasa Inggris. Memang ada yang bilang agar terdengar keren atau pintar. Namun, ini bisa jadi bahan riset. Atau bisa jadi ada sisi bosan anak muda dengan bahasa Indonesia itu sendiri,” ucap Anas dikutip dari laman unesa.ac.id, Kamis, 30 November 2023.
Guru Besar Ilmu Kritis Sastra itu tak memungkiri fenomena percampuran bahasa lantaran ada beberapa kata di bahasa Indonesia merupakan serapan dari berbagai bahasa. Namun, dia mengingatkan percampuran diksi dalam berbahasa sehari-hari berpotensi membuat beberapa kata bahasa Indonesia tereliminasi dari pemakaian bahkan dilupakan.
Dia mencontohkan kata ‘netizen’ lebih dominan digunakan dalam keseharian ketimbang ‘warganet’. Begitupun dengan kata ‘jenama’ yang asing ketimbang kata ‘brand’. Begitupun dengan penggunaan kata ‘download’ lebih sering didengar ketimbang ‘unduh’ dan sebagainya.
“Intinya, dalam keseharian kita harus mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan menguasai bahasa asing,” ujar dia
Anas menyebut ada sejumlah cara membiasakan anak mencintai bahasa Indonesia. Pertama, setiap perguruan tinggi membuka kuota sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa untuk masuk di prodi sastra maupun pendidikan bahasa Indonesia.
Hal itu bertujuan mendorong setiap generasi peka dengan realitas yang terjadi sekaligus adanya pewarisan budaya. Kedua, setiap generasi harus menggaungkan esensi bahasa Indonesia, kapan dan di mana pun.
Menurutnya, generasi muda adalah tonggak perubahan yang dapat menyalurkan kebermaknaan bahasa Indonesia. Pada konteks sekolah, guru menjadi role model untuk memberikan contoh konkret ke siswa untuk menularkan semangat berbahasa indonesia.
Ketiga, pentingnya sosialisasi bahasa Indonesia terdekat. Anas menyebut pengenalan bahasa Indonesia dari satu orang ke orang lain akan memberikan kesadaran tinggi untuk peka dengan bahasa indonesia.
Apabila bahasa Indonesia lekat dengan gaya sehari-hari, dari situlah juga dapat memberikan esensi tentang kebermaknaan bahasa Indonesia.
Dia berharap generasi muda selalu aktif menyuarakan esensi bahasa Indonesia dan memaknai bahasa Indonesia dengan tepat. Bukan menjadi simbolistik yang digaungkan saja, tetapi nihil dengan kapasitas berbahasa Indonesia.
“Ketidakpatuhan pemuda ada sisi negatif, ada satu sisi untuk membangun. Tentunya, saya mengapresiasi pemuda untuk melestarikan dengan gaya mereka, karena ini adalah era mereka,” tutur Anas.
Baca juga: Awal Mula Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id