Sekolah darurat di wilayah bencana banjir Sumatra. DOK Kemendikdasmen
Sekolah darurat di wilayah bencana banjir Sumatra. DOK Kemendikdasmen

Kepala BSKAP: Pendidikan Hak Fundamental, Harus Tetap Jalan di Tengah Bencana

Renatha Swasty • 19 Desember 2025 14:26
Jakarta: Bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra meninggalkan duka, kehilangan, dan ketidakpastian bagi banyak keluarga. Di tengah situasi itu, anak-anak terdampak ikut kehilangan ruang aman bernama sekolah, tempat mereka biasanya belajar dan merasa terlindungi.
 
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, Toni Toharudin, menegaskan pendidikan tetap harus berjalan meski situasi serba darurat. Menurutnya, sekolah memiliki peran penting menjaga stabilitas emosi anak dan memberi rasa harapan.
 
“Pendidikan adalah hak fundamental yang harus terus diperjuangkan untuk memberi stabilitas dan harapan di tengah ketidakpastian,” ujar Toni dikutip dari unggahan Instagram PSKP Kemendikdasmen, Jumat, 19 Desember 2025. 

Dampak bencana terhadap pendidikan tidak sesederhana fasilitas sekolah yang rusak. Toni memetakan empat tantangan besar yang kerap muncul di wilayah terdampak bencana seperti di Sumatra.
 
Kerusakan infrastruktur membuat aktivitas belajar berhenti total, sementara akses ke lokasi belajar semakin sulit karena jalan terputus dan perlengkapan sekolah hilang. Di saat yang sama, trauma yang dialami siswa dan guru menurunkan konsentrasi, lalu pendidikan kerap tersisih karena fokus utama bergeser ke kebutuhan pangan dan tempat tinggal.
 
Dalam kondisi darurat, respons cepat menjadi kunci agar anak-anak tidak merasa ditinggalkan. Skema Pendidikan Darurat menjadi solusi awal untuk memastikan hak belajar tetap hadir.
 
Sekolah Darurat dapat dibangun dari tenda atau fasilitas umum sebagai ruang belajar sementara. Dukungan psikososial juga perlu diprioritaskan melalui konseling dan aktivitas bermain agar anak perlahan pulih dari trauma.
 
Materi pembelajaran disederhanakan lewat modul fleksibel yang mudah diakses sesuai kondisi lapangan. Guru juga perlu dibekali pelatihan khusus agar siap mengajar dan mendampingi anak di situasi krisis.
 
Pengalaman bencana di Sumatra menjadi pengingat sistem pendidikan harus lebih siap menghadapi krisis. Toni mendorong pembangunan Sekolah Aman Bencana dengan standar tahan gempa dan banjir.
 
Kurikulum adaptif yang memuat mitigasi bencana dan keterampilan hidup juga dinilai penting untuk masa depan. Digitalisasi pembelajaran dan penyediaan Dana Darurat Pendidikan juga diperlukan sebagai cadangan ketika situasi darurat kembali terjadi.
 
“Menjaga hak belajar anak Indonesia adalah kerja sama kita semua,” tegas Toni.
 
Masyarakat diajak ikut terlibat mulai dari berdonasi fasilitas pendidikan, menjadi relawan, hingga menyebarkan kesadaran bahwa pendidikan tetap penting meski di tengah bencana. (Sultan Rafly Dharmawan)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan