Kerja sama ini terkait Revitalization TVET in the Agricultural Sector. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibukristek) bekerja sama dengan Pemerintah Belanda merevitalisasi SMK bidang pertanian dan salah satu penerimanya ialah SMKN 2 Subang, Jawa Barat.
Kepala SMKN 2 Subang, Ramlis, mengungkapkan kerja sama SMKN 2 Subang dengan Pemerintah Belanda dijalin sejak 2018 hingga 2020. Kerja sama selama 3 tahun ini memberikan dampak sangat signifikan bagi perkembangan SMKN 2 Subang khususnya bidang pertanian.
Kerja sama ini meliputi empat pilar, yakni kelembagaan, pengembangan kurikulum, meningkatkan kompetensi pendidik dan kependidikan, serta pembangunan infrastruktur. Kerja sama ini memberikan dampak yang besar bagi SMKN 2 Subang.
"Kami mendapatkan bantuan selama dua periode, di mana setiap periodenya kami mendapat dana sebesar Rp3 miliar. Dana tersebut dibelanjakan untuk program yang telah disusun guna merealisasikan empat pilar yang telah dicanangkan,” beber Ramlis dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Sabtu, 13 Mei 2023.
Ramlis menuturkan melalui OKP, Pemerintah Belanda banyak memberikan pelatihan untuk SMKN 2 Subang. Salah satu ilmu yang diterima ialah pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PBL).
Penanggung jawab kerja sama dari SMKN 2 Subang, Eti Rohayati, menyampaikan banyak pelatihan yang diberikan dari Pemerintah Belanda. Pelatihan-pelatihan ini mendorong seluruh pihak SMKN 2 Subang untuk berinovasi.
“Kami diajari mulai dari membuat, mengolah, mengemas, hingga memasarkan sebuah produk. Dari ilmu ini pikiran kami pun jadi terbuka karena siswa juga bisa langsung praktik dan menghasilkan produk di mana produk itu bisa langsung dijual. Secara tidak langsung mereka juga belajar berwirausaha,” ucap Eti.
Produk-produk yang dihasilkan oleh bidang pertanian SMKN 2 Subang kemudian dipasarkan ke masyarakat sekitar, sekolah-sekolah, dan supermarket baik di Jawa Barat dan luar Provinsi Jawa Barat. Dalam setahun, penjualan produk bidang pertanian SMKN 2 Subang mampu mendapatkan keuntungan sekitar Rp50—60 juta.
“Kami mulai memikirkan cara untuk mengolah penghasilan dari produk-produk yang kita jual supaya transaksi yang kami lakukan sah dan aman. Akhirnya, kami mengajukan BLUD agar pengolahannya terhimpun menjadi satu. Setelah SMKN 2 Subang mendapatkan SK BLUD seluruh hasil penjualan produk baik dari pertanian ataupun jurusan lainnya dikelola oleh BLUD,” tutur Eti.
Ramlis mengatakan pengajuan BLUD ini merupakan salah satu dampak baik dari OKP, di mana salah satu pilarnya ialah penguatan kelembagaan. Melalui pembelajaran PBL, SMKN 2 Subang diajarkan menghasilkan produk yang bernilai jual.
Dia menyebut untuk memaksimalkan pemasaran dan pengolahan produk tersebut dibutuhkan BLUD. Hal itu supaya lebih meyakinkan masyarakat dan bisa lebih tertata dalam pengelolaan penghasilan.
“Pada 2022, BLUD SMKN 2 Subang mengelola omzet sebesar Rp3,2 miliar. Omzet ini bukan hanya penghasilan dari Jurusan Pertanian saja, tetapi ada produk-produk dari Jurusan Peternakan, Mesin, dan lainnya,” tutur Ramlis.
Program kerja sama ini tidak hanya berdampak pada peningkatan jumlah bangunan saja tetapi juga meningkatkan kualitas siswa-siswinya. Melalui program ini, Pemerintah Belanda membiayai beberapa sivitas akademica Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMKN 2 Subang studi visit ke Belanda.
Ratna Komala, alumnus Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMKN 2 Subang, pada 2019 berkesempatan belajar terkait pertanian di Belanda. Dia mengaku banyak ilmu yang ia dapatkan setelah belajar di Belanda.
“Saya di Belanda selama 15 hari di sana saya banyak belajar terkait pertanian di Belanda. Teknologi yang digunakan di sana sangat canggih sehingga dapat meningkatkan kualitas produk pertanian,” ucap Ratna.
Pasca studi visit di Belanda, Ratna membagikan ilmunya kepada teman-teman jurusannya. Selain itu, Ratna juga menerapkan salah satu teknologi pertanian yang digunakan di Belanda, yakni penggunaan alat otomasi pertanian dalam pembelajaran di SMKN 2 Subang. Penggunaan alat ini dapat mengefisienkan waktu dalam memelihara tanaman.
Alumnus Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Reyhan D Ramadani, mengaku banyak dampak baik yang ia rasakan dari kerja sama ini. Dulu, fasilitas pembelajaran di SMKN 2 Subang masih minim sehingga siswa jarang praktik langsung.
"Kalau ditimbang mungkin 70 persen teori dan 30 persen praktik. Akan tetapi, setelah SMKN 2 Subang bekerja sama dengan Belanda berdampak pada jumlah fasilitas belajar misalnya green house, tempat pengolahan hasil panen, dan sebagainya sehingga bobot materi yang kami terima pun seimbang tidak besar ke teori saja,” tutur Reyhan.
Fasilitas yang memadai membuatnya semakin antusias dalam belajar. Bahkan, ia menularkan ilmu yang didapat di sekolah kepada petani-petani di sekitar tempat tinggalnya.
“Ilmu yang saya dapatkan ini kemudian dibagikan ke sesama meskipun masih dalam lingkup yang kecil. Selain itu saya juga mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari pelatihan-pelatihan di sekolah untuk mengolah lahan milik orang tua. Saya ingin menunjukkan ke teman-teman sebaya saya bahwa menjadi petani milenial itu mengasyikkan. Tanpa adanya petani maka ketahanan pangan dunia akan terancam,” tutur Reyhan.
Baca juga: Tak Cuma Industri, Siswa SMKN 6 Batam Juga Bisa Produksi Komponen Pemesinan |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News